Rabu, 18 September 2019

MAKALAH IMMANUEL KANT


BUKU ANTOLOGI TOKOH-TOKOH DAN PEMIKIRAN FILSAFAT UMUM

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA















KELOMPOK 6 :
AL ROFIQ FEBRIAN ( 18081922 )
DWI DIAN ANGGRAENI ( 18081081 )
HEYDI IBRAHIM ( 18081437 )
KETUT SUWARJANE ( 18081358 )
OLIVIA DATU ( 18081492 )
SALSABILA ( 18081884 )



  1. IDENTITAS TOKOH

  1. IDENTITAS TOKOH :
·         Nama : Immanuel Kant, dia anak keempat dari sebelas bersaudara.
·         Nama ayah : Johann Georg Kant.
·         Pekerjaan ayah : ahli pembuat baju zirah ( baju besi ), ahli perdagangan.
·         Nama ibu : Anna Regina Kant, putri dari seorang pelana Skotlandia.
·         Keterangan : Ayah Kant sempat terkenal sebagai ahli perdagangan  namun pada tahun 1730-1740 perdagangan di Konigsberg mengalami kemorosotan. Hal ini membuat Kant dan keluarganya hidup dalam kesulitan. Ibunya meninggal saat Kant berusia 13 tahun, sedangkan ayahnya meninggal saat Kant berusia hampir 22 tahun.

  1. TEMPAT, TANGGAL, TAHUN LAHIR TOKOH :
·         TTL : 22 April, 1724 ia lahir di Konigsberg, Kerajaan Prusia Timur, Jerman
  •    TTM : 12 Februari, 1804 pada (umur 80 tahun) di Konigsberg, Kerajaan Prusia Timur, Jerman. Di makamkan di Konigsberg Prusia Timur



  1. PERJALANAN PENDIDIKAN TOKOH :
Kant menempuh pendidikan dasar di Saint George’s Hospital School. Pada usia 8 tahun Immanuel Kant memulai pendidikan formalnya di Collegium Firdericianum (1732-1740), sekolah yang berlandaskan semangat pietisme. Di sekolah ini Kant mulai dididik dengan disiplin sekolah yang keras. Sebagai seorang anak, Kant mulai di ajarkan untuk menghormati pekerjaan dan kewajibannya, suatu sikap yang kelak amat di junjung tinggi sepanjang hidupnya. Di sekolah ini pula Kant mendalami bahasa latin, bahasa yang sering dipakai oleh kalangan terpelajar dan para ilmuwan saat itu untuk  mengungkapkan pemikiranya. Setelah lulus dari Collegium Firdericianum ini Kant melanjutkan pendidikannya ke universitas di kota kelahirannya, yaitu  University of Konigsberg. Disitu ia mempelajari tentang filosofi, matematika, dan ilmu alam disana.

  1. PERJALANAN KARIR TOKOH :
Untuk meneruskan pendidikannya Kant bekerja sebagai guru privat selama 7 tahun dan pada masa itu Kant mempublikasikan beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah. Pada tahun 1755-1770, Kant bekerja sebagai guru besar logika dan metafisika di Konigsberg sambil terus mempublikasikan beberapa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profesor didapatkan Kant di Konigsberg pada tahun 1770.


  1. TOKOH-TOKOH YANG MEMPENGARUHI PEMIKIRAN SANG TOKOH :
·         Professor Martin Kenutzen
Dosen dari University of Konigsberg yang mengajarinya logika dan metafisika, sehingga Kant mendapat pengaruh rasionalisme Leibniz dan Wolff  serta mendapat wawasan yang luas tentang Fisika Newton dan Sistem Metafisika yang berkembang masa itu.[1]
·         Leibniz dan Wolff  
Tokoh dari penganut paham rasionalisme yang mempengaruhi Kant pada periode pra-kritis dimana saat itu Kant masih menganut paham rasionalisme mereka.
·         David Hume
Salah satu tokoh empirisme yang beranggapan bahwa segala pengetahuan yang seseorang dapatkan tentang dunia sepenuhnya berasal dari indra. Didalam filsafatnya, Kant menganggap pernyataan Hume tidak sepenuhnya benar.
·         Renee Descrates
Salah satu tokoh rasionalis yang beranggapan bahwa segala pengetahuan yang seseorang dapatkan mengenai dunia sepenuhnya berasal dari akal. Didalam fisafatnya, Kant juga kurang setuju dengan pendapat Descrates disini.
·         J.J. Rousseau
Ia mempengaruhi Kant dalam pendapatnya tentang mementingkan martabat manusia dan pengetahuan moralitas di atas segala dogma-dogma ( kayakinan tertentu ) karena baginya tindakan nyata dalam hidup ini adalah menghargai dan memperjuangkan martabat manusia yang lebih penting dari teori atau ajaran abstrak tertentu.

  1. TOKOH-TOKOH YANG DIPENGARUHI OLEH PEMIKIRAN SANG TOKOH :
Murid-murid dari Kant :
·         Karl Reinhold
·         Jakob Sigsmund Beck
·         Johann Gottlieb Fichte

  1. KARYA-KARYA YANG PERNAH DIBUAT TOKOH :
·         Critique of Pure Reason (1781) yang banyak membahas tentang akal manusia dan batasannya..[2]
·         Prolegomena of the Metaphysik of Morals .
·         Goundwork of the Metaphysik of Morals (1783) = dasar metafisika moral .
·         Critique of Pratical Reason (1788) = kritik terhadap alasan praktis.
·         Critique of Jugdment (1790)= kritik penghakiman.
·         Religion within the Limits of Reason Alone (1793).
·         Metaphysik of Morals = metafisika moral.



B. HAL-HAL YANG MENARIK DARI TOKOH
Kant dibaptis sebagai “Emanuel” tapi kemudian mengganti namanya menjadi “Immanuel” setelah dia belajar bahasa Ibrani. Kant dibesarkan dalam keluarga penganut ajaran Pietist, yaitu salah satu agama di Jerman yang dianut sekte Lutheran yang menekankan pengabdian religius, kerendahan hati, dan interpretasi (studi) Alkitab yang ketat. Oleh karena itu Kant menerima pendidikan hukuman yang disiplin dan ketat yang mendukung pengajaran bahasa Latin dan agama mengenai Matematika dan Sains.
Orang yang paling berpengaruh bagi Kant adalah ibunya. Walaupun ibunya tidak menempuh pendidikan formal, akan tetapi ia memiliki kecerdasan alamiah yang luar biasa yang diwariskan pada anaknya, Immanuel Kant atau Manelchen ( Manny kecil ) ibunya biasa memanggil. Kant pernah mempertimbangkan untuk menikah, akan tetapi karena dinilai lambat dalam membuat keputusan Kant pun menerima kenyataan pahit. Kedua calon pasangannya pergi meninggalkannya. Wanita pertama menikah dengan pria lain, sedangkan wanita kedua pindah ke kota lain.[3]
Kant pernah mengalami kesulitan secara finansial untuk membiayai kuliahnya setelah ayahnya meninggal. Ia lalu bekerja sebagai guru privat untuk melanjutkan kuliahnya. Di University of Konigsberg, Kant sangat mengagumi Professor Martin Kenutzen, dosen yang kelak mempengaruhinya, yang mengajar logika dan metafisika, sehingga Kant mendapat pengaruh rasionalisme Leibniz dan Wolff serta mendapat wawasan yang luas tentang Fisika Newton dan Sistem Metafisika yang berkembang masa itu.
Kant dipandang sebagai tokoh paling menonjol dalam bidang filsafat setelah Era Yunani Kuno. Kehidupan Kant sebagai seorang filsuf dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Pra-kritis saat Kant masih menganut paham rasionalisme yang dilancarkan oleh Wolff. Kedua, periode kritis dimana Kant kemudian meninggalkan paham rasionalismenya karena dipengaruhi oleh paham David Hume ( salah satu tokoh empirisme )[4]. Pada periode ini Kant disebut sebagai tokoh pendamai dan pemersatu kedua aliran yang saling berseteru yaitu Rasionalisme dan Empirisme, karena bagi Kant ilmu pengetahuan tidak akan pernah lepas dari kecenderungan baik Empirisme maupun Rasionalisme. Kant menyebut filsafatnya dengan kritisisme untuk menolak filsafat sebelumnya yang bersifat dogmatisme.


C. PEMIKIRAN IMMANUEL KANT

A.    FILSAFAT KRITIS KANT ( KRITISISME )
Salah satu pemikiran Kant yang menarik adalah Filsafat Kritis. Seperti namanya, dalam Filsafat Kritis ini Kant mengkritik pandangan sepihak Kaum Rasionalisme dan Kaum Empirisme yang saling bertentangan mengenai objektivitas pengetahuan.
Kant mengadakan penelitian untuk menghindarkan diri dari pernyataan sepihak baik dari Kaum Rasionalisme maupun Kaum Empirisme. Kaum Rasionalisme percaya bahwa dasar seluruh pengetahuan manusia tentang dunia berasal dari dalam pikiran, sedangkan Kaum Empirisme berpendapat lain bahwa seluruh pengetahuan manusia tentang dunia itu berasal dari indra. Oleh karena kedua pandangan yang berlainan  itu akhirnya muncul pertanyaan pada orang-orang seperti,
Apa yang kita ketahui tentang dunia ?
Apakah dunia itu persis seperti dari apa yang kita lihat ? atau
Apakah dunia itu persis seperti apa yang kita pikirkan ?
Dari beberapa pertanyaan-pertanyaan yang muncul Kant beranggapan bahwa kedua pandangan yang berlainan dari Kaum Rasionalisme dan Kaum Empirisme itu tidak sepenuhnya salah, akan tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Kant menganggap bahwa pembentukan konsepsi mengenai dunia adalah gabungan dari peran indra dan akal. Ia setuju dengan anggapan Hume kalau pengetahuan tentang dunia yang didapatkkan manusia berasal dari indra, namun bagi Kant ada sebuah pengecualian dimana pada kondisi-kondisi tertentu pikiran manusia turut serta dalam pembentukan konsepsi kita tentang dunia. kondisi yang dimaksud adalah kondisi yang melibatkan waktu dan ruang ( oleh Kant disebut sebagai dua ‘bentuk intuisi’). Kondisi ini memungkinkan seseorang mengetahui sesuatu sebelum mengalaminya. Kedua ‘bentuk intuisi’ ini lah yang menurut Kant mempengaruhi cara kerja pikiran dan memengaruhi cara pandang seseorang mengenai dunia.
Menurut Kant terdapat dua unsur yang memberikan sumbangan pada pengetahuan-pengetahuan tentang dunia, yang pertama adalah kondisi-kondisi lahiriah yang dapat diketahui dengan menggunakan indra. Kant menyebutnya sebagai materi pengetahuan. Lalu yang kedua adalah kondisi batiniah manusia seperti persepsi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu dan ruang yang sejalan dengan hukum kausalitas ( hukum sebab-akibat ). Kant menyebutnya sebagai bentuk pengetahuan.[5]

B.     ETIKA KANT ( ETIKA DEONTOLOGIS )
Hukum moral sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Kant adalah sebuah ‘perintah mutlak’ ( imperatif kategoris ). Perintah yang dimaksud adalah perintah yang rasional yang memiliki kekuatan dan kewenangan mutlak serta berlaku bagi seluruh masyarakat selamanya dalam semua situasi. Kant merumuskan ‘perintah mutlak’ itu dengan mengatakan yang pertama “Bertindaklah sesuai dengan ketentuan hukum universal” lalu yang kedua “Bertindaklah dengan cara sedemikian rupa sehingga kamu selalu menghormati perikemanusiaan, entah kepada dirimu sendiri maupun kepada orang lain, bukan hanya sekali-kali, melainkan selalu dan selamanya” dan  yang ketiga adalah otonomi kehendak, “Tanpa otonomi kehendak manusia tidak akan bisa bertindak sesuai rumusan perintah pasti yang sudah dijabarkan itu”
Kant mengaggap wujud dari dorongan untuk melakukan kebaikan adalah bentuk seseorang itu untuk melaksanakan kewajibannya sesuai hukum moral yang ditaatinya.
Kewajiban bagi Kant adalah keharusan tindakan demi hormat terhadap hukum dan harus ditaati, tidak peduli apakah itu membuatnya nyaman atau tidak, senang atau tidak, dll.
Menurut Kant ada tiga kemungkinan seseorang menjalankan kewajibannya. Pertama, seseorang memenuhi kewajiban karena hal itu menguntungkan. Kedua, seseorang itu memenuhi kewajibannya karena ia terdorong dari perasaan yang ada didalam hatinya (dorongan emosional seperti rasa kasihan). Ketiga, seseorang memenuhi kewajibannya karena memang ia ingin memenuhi kewajibannya. Tindakan yang ketiga inilah yang dianggap Kant sebagai tindakan yang mencapai moralitas. Etika Kant ini disebut sebagai etika deontologis karena bersifat wajib.
Dalam etika Kant, Kant membedakan dua hal antara Legalitas dan Moralitas. Legalitas adalah pemenuhan kewajiban yang didorong oleh kepentingan sendiri atau oleh dorongan emosional. Sedangkan Moralitas adalah Pemenuhan kewajiban yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kewajiban karena adanya dorongan baik pada diri seseorang tersebut. Moralitas menurut Kant merupakan keterlibatan (implikasi) dari tiga Postulat antara lain Kebebasan kehendak manusia, immortalitas jiwa, dan Eksistensi (keberadaan) Allah. Kehendak bebas manusia merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal karena terimplikasi langsung dalam kesadaran moral. Immortalitas jiwa menyatakan bahwa kebahagiaan tertinggi manusia tidak mungkin dicapai didunia tapi di kehidupan nanti. Dan Keberadaan Allah yang menjamin bahwa pelaksanaan kewajiban moral manusia akan merasakan ganjarannya dikemudian hari berupa kebahagiaan sejati. Mengapa ketiganya itu disebut Kant sebagai “Postulat” ? karena bagi Kant ketiganya menggambarkan kenyataan yang benar-benar ada, harus diterima, dan tidak perlu dibuktikan secara teoritis, dan Kant menganggap bahwa ini merupakan hasil penyimpulan akal budi praktis atas moral manusia.[6]











D. RELASI PEMIKIRAN FILSAFAT TOKOH DENGAN BUDAYA POPULER
·         PENERAPAN KONSEP ETIKA KANT DALAM ETIKA BISNIS ISLAM
Banyak pemikiran-pemikiran Kant yang menjadi acuan dalam berbagai hal di kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah dalam etika bisnis Islam. Konsep Etika Kant yang dinyatakan dalam tiga postulat, yaitu :

a)      Kebebasan Kehendak manusia, yang artinya semua pelaku bisnis memiliki kebebasan berkehendak dalam melaksanakan aktivitasnya terkait dengan amanah yang dibebankannya, namun kebebasan yang dimaksud bukan kebebasan absolut karena kebebasan absolut hanya milik Allah. Dalam kehendak bebas manusia ini perlu adanya tanggung jawab terhadap segala hal yang telah dilakukannya, baik dalam aktivitas bisnis maupun aktivitas yang lain untuk mencapai tujuan. Adanya tanggung jawab ini karena adanya keyakinan terhadap immortalitas jiwa.
b)      Immortalitas Jiwa/keabadian jiwa menyatakan bahwa kebahagiaan tertinggi manusia tidak mungkin dicapai didunia tapi di kehidupan nanti.
c)      Kepercayaan terhadap Eksistensi Tuhan, merupakan puncak dari proses hidup seorang manusia di dunia yang bisa membawa pada kebaikan moral yang menjamin bahwa pelaksanaan kewajiban moral manusia akan merasakan ganjarannya dikemudian hari berupa kebahagiaan sejati.

Konsep Etika Kant dengan tiga postulatnya tersebut banyak memberikan pengaruh pada pola perilaku bisnis islam untuk tidak mencapai tujuan hanya pada kebahagiaan duniawi saja, tetapi juga mencapai kebahagiaan yang sempurna dan hakiki berupa Ridho Allah.[7]



·         KRITISISME KANT PADA MASYARAKAT JAWA MODERN
Filsafaf kritis yang disebutkan oleh Kant sebagai Kritisisme merupakan filsafat yang menolak filsafat sebelumnya yang bersifat dogmatisme. Dogmatisme sendiri diartikan sebagai filsafat yang mendasarkan pandangannya kepada pengertian Allah atau substansi. Filsafat yang bersifat dogmatisme menerima kebenaran-kebenaran asasi agama dan dasar ilmu pengetahuan begitu saja, tanpa mempertanggungjawabkan secara kritis, dan menganggap sudah ada dengan sendirinya.
Masyarakat Jawa dinilai sebagai masyarakat yang masih dogmatisme. Mereka menerima kebenaran-kebenaran begitu saja tanpa ada yang mempertanyakan dan mempertanggungjawabkan secara kritis. Hal tersebut dikarenakan merupakan warisan yang diturunkan secara turun-temurun ke generasi-generasi dan dianggap tabu untuk dipertanyakan. Apabila ada yang bertanya seperti “mengapa kita tidak boleh memakan daging babi (bagi yang muslim)?” orang jawa biasanya hanya menjawab “ora ilok” atau dalam bahasa indonesianya adalah “tidak boleh”/”tidak baik”.
Seiring dengan berkembangnya zaman, sekarang sebagian besar masyarakat jawa telah beralih dari masyarakat yang ‘tradisional’ menjadi masyarakat yang lebih ‘modern’. Hal ini berimpas pada pola pemikiran masyarakat yang tadinya dogmatisme menjadi kritisisme. Pada era globalisasi ini dimana persaingan semakin ketat baik dalam lapangan pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain, masyarakat lebih dituntut untuk berpikir secara kritis. Mereka yang telah mampu berpikir secara kritis akan maju bertahan sedangkan mereka yang masih dilingkupi pemikiran dogmatisme akan tertinggal. Bukti dari pemikiran kritis masyarakat jawa sekarang dapat dilihat dari kemajuan di berbagai bidang seperti pertanian, perkebunan, pendidikan, dan lain-lain, sebagai contoh adalah ditemukannya bahan bakar dari kotoran hewan (biogas). Hal ini muncul dari pertanyaan-pertanyaan kritis seperti “apakah bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui dapat digantikan oleh bahan yang lebih ramah lingkungan dan dapat diperbahurui ?”, “apakah kotoran hewan sama sekali tidak ada gunanya?” dan sebagainya.[8]

  • FILM ” THE DARK KNIGHT ” (2008)

    "The Dark Knight" menampilkan beberapa dilema pada teori Kant yang paling menarik. Batman menghadapi keputusan sulit karena ia harus memilih antara menyelamatkan cintanya, Rachel Dawes atau orang yang mungkin memiliki kemampuan untuk menjadi penyelamat sejati Gotham, Harvey Dent. Pilihannya untuk menyelamatkan Dent menetapkan serangkaian peristiwa yang menyebabkan Dent menjadi penjahat Dua Wajah yang terkenal jahat, yang bertekad membalas dendam. Tindakan ini bermoral menurut etika Kant karena niatnya adalah untuk menyelamatkan kedua karakter tersebut. Namun Batman juga bukan sosok yang sesuai untuk melengkapi etika Kant karena metodenya tidak sesuai dengan definisi moral Kant yang paling penting yaitu Imperatif Kategorif :
    Bertindaklah sesuai dengan ketentuan hukum universal” lalu yang kedua “Bertindaklah dengan cara sedemikian rupa sehingga kamu selalu menghormati perikemanusiaan, entah kepada dirimu sendiri maupun kepada orang lain, bukan hanya sekali-kali, melainkan selalu dan selamanya.”[9]


  • FILM “ A CLOCKWORK ORANGE ” (1971)

Di dalam film itu menceritakan Alex yang dicuci otaknya oleh pemerintah dan segera menjadi sakit karena memikirkan sifat buruknya sebelumnya. Hal itu menghadirkan dilema etika Kant terkait dengan kebebasan memilih untuk bermoral.  Menurut Kant, tindakan seseorang hanya dapat dianggap baik dan bermoral jika seseorang memilih untuk melakukannya secara bebas dan penuh.  Perbuatan baik yang dilakukan karena tindakan pemerintah bukan didasarkan pada niat individu itu sendiri, akan tetapi lebih didasarkan pada pemaksaan. Film ini tidak hanya menyajikan pertanyaan yang berkaitan dengan Kant tetapi juga dengan gagasan kehendak bebas. Seperti yang dikatakan Alex dengan nada sadis pada akhirnya dengan suara dingin, "Aku sembuh baik-baik saja!"[10]


E. REFLEKSI KRITIS DAN KESAN FILOSOFIS
Kritisme merupakan filsafat Kant dalam rangka melawan dogmatisme dari filsafat-filsafat sebelumnya baik dari paham Rasionalisme maupun paham Empirisme. Kant menganggap kedua kecenderungan tersebut baik Rasionalisme maupun Empirisme saling mempengaruhi pembentukan konsespi tentang dunia.
Menurut Kant terdapat dua unsur yang memberikan sumbangan pada pengetahuan-pengetahuan tentang dunia, yang pertama adalah kondisi-kondisi lahiriah yang dapat diketahui dengan menggunakan indra. Kant menyebutnya sebagai materi pengetahuan. Lalu yang kedua adalah kondisi batiniah manusia seperti persepsi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu dan ruang. Kant menyebutnya sebagai bentuk pengetahuan. Sebagai contoh adalah masyarakat tradisional jawa yang masih berpikiran dogmatisme terdapat hal-hal yang bersifat tabu untuk dipertanyakan. Seiring perkembangan zaman sebagian masyarakat tradisional jawa menjadi masyarakat ‘modern’ yang mampu berpikir secara kritis sehingga mengalami kemajuan dalam berbagi bidang.
Dalam etika kant Moralitas adalah Pemenuhan kewajiban yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kewajiban karena adanya dorongan baik pada diri seseorang. Terdapat  tiga Postulat keterlibatan (implikasi) moralitas antara lain :
  • 1.      Kebebasan kehendak manusia, merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal karena terimplikasi langsung dalam kesadaran moral.
  • 2.      Immortalitas jiwa yang menyatakan bahwa kebahagiaan tertinggi manusia tidak mungkin dicapai didunia tapi di kehidupan nanti.
  • 3.       Eksistensi (keberadaan) Allah yang menjamin bahwa pelaksanaan kewajiban moral manusia akan mendapatkan ganjaran berupa kebahagian di kemudian hari.

Contoh dari penerapan etika Kant ini adalah pada etika bisnis islam yang tidak hanya berusaha meraih keuntungan demi kebahagiaan dunia semata akan tetapi juga meraih kebahagian di kehidupan akhirat nanti. Pemikiran Kant juga terkandung dalam beberapa film seperti The Dark Knight dan A Clockwork Orange



F. DAFTAR PUSTAKA
Baskara, B. 2003. INTERPRETASI KRITISISME IMMANUEL KANT DALAM BUDAYA JAWA MODERN. Jurnal Filsafat. 35 (3) : 262-270.
Fauzan. 2012. ETIKA BISNIS ISLAM DALAM PANDANGAN FILSAFAT ILMU (Teelah Atas Pemikiran Etika Immanuel Kant). Jurnal Modernisasi. 8 (2) : 90-115.
Dahlan, M. 2009. PEMIKIRAN FILSAFAT MORAL IMMANUEL KANT (Deontologi, Imperatif Kategoris, dan Postulat Rasio Praktis). Jurnal ilmu-ilmu ushuluddin. 8 (1) : 37-48
Sitorus, Fitzerald Kennedy. 2016. KANT : Dari Subjek yang Kosong Hingga Tuhan sebagai Postulat. Makalah.
Gaarder, J. 2018. Dunia Sophie : sebuah novel filsafat. Bandung : PT. Mizan Pustaka.
Taste of Cinema. 2016. The 10 Best Movies That Deal With Kantian Ethics. Diambil dari : http://www.tasteofcinema.com/2016/the-10-best-movies-that-deal-with-kantian-ethics/





[1] Fitzerald Kennedy S, “KANT : Dari Subjek yang Kosong Hingga Tuhan sebagai Postulat”. (Makalah kelas filsafat di Serambi Salihara, November 2016), hlm.3


[2] Moh. Dahlan, “PEMIKIRAN FILSAFAT MORAL IMMANUEL KANT (Deontologi, Imperatif Kategoris, dan Postulat Rasio Praktis)”. Jurnal ilmu-ilmu ushuluddin. Vol 8 No. 1, 2009, 37-48.


[3] Fitzerald Kennedy S, “KANT : Dari Subjek yang Kosong Hingga Tuhan sebagai Postulat”. (Makalah kelas filsafat di Serambi Salihara, November 2016), hlm.3

[4]Moh. Dahlan, “PEMIKIRAN FILSAFAT MORAL IMMANUEL KANT (Deontologi, Imperatif Kategoris, dan Postulat Rasio Praktis)”. Jurnal ilmu-ilmu ushuluddin. Vol 8 No. 1, 2009, 37-48.

[5] Jostein Gaarder, Dunia Sophie : sebuah novel filsafat (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2018), hlm.  503.
[6] Jostein Gaarder, Dunia Sophie : sebuah novel filsafat (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2018), hlm.  517.
[7]Fauzan, “ETIKA BISNIS ISLAM DALAM PANDANGAN FILSAFAT ILMU : Teelah Atas Pemikiran Etika Immanuel Kant”. Jurnal Modernisasi. Vol. 8 No. 2, 2012, 90-115.

[8] Benny Baskara,, “INTERPRETASI KRITISISME IMMANUEL KANT DALAM BUDAYA JAWA MODERN”. Jurnal Filsafat. Vol 35 No. 3, 2003,  262-270.

[9] Taste of Cinema, “ The 10 Best Movies That Deal With Kantian Ethics”, diakses dari http://www.tasteofcinema.com/2016/the-10-best-movies-that-deal-with-kantian-ethics/, pada tanggal 10 Januari 2019 pukul 20.23.
[10] Taste of Cinema, “ The 10 Best Movies That Deal With Kantian Ethics”, diakses dari http://www.tasteofcinema.com/2016/the-10-best-movies-that-deal-with-kantian-ethics/, pada tanggal 10 Januari 2019 pukul 19.11.


0 komentar:

Posting Komentar