TUGAS LAPANGAN :
MENGANALISIS BUDAYA BATIK BERDASARKAN TEORI DAN DINAMIKA KEBUDAYAAN
KELOMPOK 12 (
ANTROPOLOGI 13 F1)
ANGGOTA
: 1. DWI DIAN ANGGRAENI (18081081)
2. MARIA FINA br SARAGI
TINAMBUNAN (18081154)
4. AMALIAN DESARLI LUMAMULY
(18081033)
·
TEORI
KEBUDAYAAN
Berikut beberapa teori
kebudayaan dari berbagai sumber :
1.
Teori Fungsional Kebudayaan (
Bronislaw Malinowski (1884-1942)
bahwa
segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia
yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan
biologis maupun skunder, kebutuhan mendasar yang muncul dari perkembangan
kebudayaan itu sendiri.
2.
Teori Strukturalisme Kebudayaan (
Levi-Strauss)
Levi-Strauss
memandang bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku
manusia
tidak pernah lepas dari apa yang terefleksikan dalam bahasa yang digunakan.
Oleh karena itu akan terdapat kesamaan konsep antara bahasa dan budaya manusia.
Singkatnya Levi-Strauss berkeyakinan bahwa untuk mempelajari kebudayaan atau
perilaku suatu masyarakat dapat dilakukan melalui bahasa.
Kami mengambil batik
sebagai salah satu contoh objek kebudayaan. Kami pun melakukan wawancara pada
salah satu narasumber Bapak Iham Taufik. Berikut wawancaranya :
Ø “
Bagi bapak sendiri apa tujuan bapak menjual batik-batik ini ?”
“
Selain sebagai mata pencaharian, juga sebagai bentuk pelestarian budaya batik
di Jogja”
Ø “
Mengapa Bapak memilih menjual Batik sebagai mata pencaharian Bapak ? “
“
Karena ini warisan turun-temurun, ditambah di Jogja Batik sudah berkembang
pesat dan banyak peminatnya saat itu.”
Dari hasil analisis
kami, kami menyimpulkan bahwa batik termasuk dalam bentuk teori fungsional kebudayaan
yang dikemukakan oleh Malinowski. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya
penjual-penjual batik di sepanjang Jalan Malioboro karena selain bertujuan
bentuk pelestarian budaya Yogyakarta juga sebagai mata pencaharian untuk
memenuhi kebutuhan hidup
·
DINAMIKA
KEBUDAYAAN
Budaya
sebagai hasil dari pikiran dan akal budi bersifat dinamis, artinya selalu
bergerak mengalami perubahan dan perkembangan dari zaman ke zaman untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang juga mengalami perkembangan. Dinamika
kebudayaan ini ada yang terjadi secara lambat ataupun cepat. Dalam dinamika kebudayan manusia atau individu
sangat berperan penting dalam memicu terjadinya perubahan. Selain itu
terjadinya perubahan kebudayaan ini juga dipicu oleh faktor internal dan
eksternal antara lain :
Ø Internal :
1. Penduduk
2. Teknologi
3. Ekonomi
4. Konfik
5. Pemberontakan
atau Revolusi
Ø Eksternal
:
1. Alam
2. Perpaduan
atau percampuran kebudayaan
3. Difusi
Dalam
antropologi dinamika kebudayaan berlangsung dalam beberapa proses yaitu
evolusi, difusi, asimilasi, inovasi.
1. Evolusi
Evolusi
merupakan bentuk perubahan kebudayaan dari bentuk yang sederhana yang semakin
lama menjadi lebih kompleks.
2. Difusi
Proses
penyebaran kebudayaan melalui perpindahan bangsa-bangsa. Kebudayaan tersebar
dikarenakan terbawa oleh bangsa-bangsa yang melakukan migrasi.
3. Asimilasi
Proses
perpaduan dua kebudayaan atau lebih yang lambat laun akan berubah menjadi
kebudayaan baru dan menghilangkan corak asli kebudayaan lama.
4. Inovasi
Menurut
Koentjaraningrat, inovasi adalah suatu proses perubahan kebudayaan yang tidak terjadi karena adanya
pengaruh langsung dari unsur-unsur kebudayaan asing, tetapi karena di dalam
kebudayaan itu sendiri terjadi pembaruan yang mengalami penggunaan
sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan tenaga kerja dan penggunaan
teknologi baru yang semuanya akan menyebabkan dihasilkannya produk baru.
Saat
teman-teman kelompok saya menganalisis mengenai batik di daerah Malioboro, kami
mendatangi salah satu narasumber disana, Bapak Ilham Taufik yang merupakan
penjual batik di daerah Malioboro. Berikut hasil wawancaranya :
Ø “Menurut
Bapak, bagaimana perubahan atau perkembangan batik dari zaman ke zaman ?”
“Desain batik jadi
lebih modern, dan saat ini tidak hanya digunakan pada acara-acara formal saja,
untuk santai pun bisa, walaupun saya sudah lama menjual batik tapi saya merasa
perkembangannya cepat sekali.”
Ø “Apa
yang mempengaruhi perkembangan batik baik dari dalam maupun luar ?”
“Para pendatang, karena
di Jogja banyak pendatang baru baik dalam maupun luar negeri jadi lama-lama budaya
asli sini nyampur sama budaya mereka.”
Ø Menurut
bapak bagaimana penyebaran batik saat ini ?
“Saat ini batik tidak hanya dikenal
di Indonesia saja khususnya Jogja, tetapi juga sekarang sudah dikenal di
seluruh dunia, sudah go-international.”
Dari
hasil wawancara tadi dapat disimpulkan bahwa batik sebagai sebuah kebudayaan
mengalami dinamika ( perubahan ). Batik mengalami perkembangan yang cukup cepat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus bergerak mengikuti zaman. Adapun
faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan batik di Jogja adalah faktor
internal yakni penduduk baik penduduk asli, luar, maupun mancanegara. Setelah
dianalisis Batik Jogja mengalami beberapa proses dalam dinamika kebudayaan,
yakni:
Dapat
dilihat dari awal mula bentuk batik yang hanya berupa kain ( Jarik ) lama
kelamaan bentuknya semakin rumit dan beragam, misalnya desain baju, tas,
sepatu,dll. Hal ini juga terjadi pada motif batik yang semakin lama semakin
beraneka ragam bahkan sekarang yang sedang cukup trend yaitu baju batik yang
menggabungkan beberapa motif berbeda dengan warna yang berbeda pula.
2. Difusi
Dapat
dilihat dari banyaknya pendatang baru di Jogja bahkan banyak yang dari luar
negeri sehingga hal ini dapat semakin memperkenalkan batik ke dunia
internasional
3. Asimilasi
Banyaknya
pendatang baru di Jogja yang datang dari berbagai latar kebudayaan, dan
interaksi sehari-hari dengan mereka mengakibatkan terjadinya perpaduan budaya.
4. Inovasi
Perkembangan
zaman dan meningkatnya daya saing semakin menuntut para pembatik untuk lebih
kreatif menciptakan produk-produk baru berkualitas tinggi, ditambah saat ini
sudah banyak alat-alat yang memudahkan dalam proses membatik seperti cap,
printing, dll.
Foto kami dengan
Bapak Ilham Taufik salah satu penjual batik di Malioboro
0 komentar:
Posting Komentar