1)
Jelaskan dengan bahasa anda sendiri, tentang apa itu heuristik keterwkilan dan
beri contohnya;
(2)
Berikan dua contoh tentang priming;
(3)
Jelaskan dan beri contoh tentang bias negativitas
1. Heuristik keterwakilan ( heuristic
representativeness ) merupakan proses ketika kita menilai sesuatu yang kita
jumpai lalu kita membuat keputusan akan sesuatu yang kita jumpai itu sesuai
dengan informasi yang kita miliki dari objek atau fenomena yang hampir sama.
Contohnya : saya menjumpai seseorang yang memakai
baju,tas dan sepatu bermerek sedang berfoto di sebuah jembatan. Orang itu
melakukan pose-pose dengan luwes tanpa kaku sedikitpun. Dari apa yang pernah
saya lihat orang-orang yang seperti itu adalah model atau selebgram. Jadi dari
informasi itu saya menyimpulkan bahwa orang yang sedang berfoto di sebuah
jembatan itu adalah seorang model / selebgram.
2. ( NO 2) Waktu itu saya pernah mengalami depresi
dan terkadang saya sering berhalusinasi, seperti melihat, mendengar sesuatu
yang sebenarnya tidak ada dan kadang berbicara sendiri. Ibu saya yang
notabennya dulu hidup di lingkungan yang bisa dikatakan agak terpencil dan
disana orang-orang sangat mempercayai hal-hal bersifat gaib, langsung
menyimpulkan bahwa saya kerasukan jin dan semacamnya makanya saya sering dibawa
ke orang pintar seperti Kyai. Namun setelah akhirnya saya dibawa ke psikolog
dan psikiater disana dijelaskan bahwa saya mengalami depresi dan itu bukan
sesuatu yang baru untuk remaja seusia saya.
Lalu
ada kasus seseorang (panggil saja si C) itu adalah seorang santri sekaligus
anak dari seorang kyai. Dari kecil si C ini sudah dididik dengan ajaran-ajaran
islam. Bahkan saat memasuki usia sekolah dari SD-SMA selalu dia dimasukkan ke
sekolah bernuansa islami. Namun terkadang dia agak berlebihan dalam menanggapi
sesuatu. Dia pernah bilang bahwa menabung di bank adalah ghibah dll, lalu
menaiki kendaraan tidak diajarkan dalam islam karena .......Ia selalu
mengkaitkan sesuatu dengan apa yang pernah dipelajarinya, sejarah nabi,dll.
Menurut saya itu agak berlebihan walaupun saya seorang muslim tapi kita juga
harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
3.
Bias negativitas adalah informasi yang
kita punya terlalu dilebih-lebihkan dan informasi yang kita punya ini hanya
memandang hal-hal bersifat negatifnya
saja. Jadi seakan-akan kita beranggapan buruk tentang orang yang bersangkutan
misanya, saya mengenal si A jauh lebih dekat dibandingkan si B, akan tetapi
saya hanya memandang si A itu sifat-sifat buruknya saja, sisi baiknya seakan
terabaikan. Oleh karena itu saya terlanjur mengecap jelek si A . Maka otomatis
saya tidak akan memilih si A untuk menjadi ketua osis dan cenderung memilih si
B.
4. Bias optimistik adalah adalah lawan dari bias negativitas, jadi kita
lebih berpikiran positif dan optimis akan sesuatu. Misalnya saya yakin bahwa
saya akan masuk nominasi SNMPTN melihat saingan-saingan saya yang biasa-biasa
saja. Namun karena pikiran yang terlalu optimis pula akan menjadikan si “saya”
itu kurang maksimal usahanya karena sudah terlalu percaya diri, lalu tanpa
disadari anak-anak yang biasa-biasa saja justru berusaha maksmal. Akhirnya si
“saya” pun tidak lolos SNMPTN dan anak yang biasa-biasa saja justru yang lolos
SNMPTN.
5. Magical Thingking ialah suatu proses berpikir yang
melibatkan asumsi, namun asumsi tersebut tidak didasarkan pada alasan yang
rasional. Hal ini masih banyak terjadi di Indonesia, misalnya saya pernah
mendengar para calon legislatif sebelum pemilihan akan berendam di sungai
tempat yang dulunya para pemimpin kerajaan dan anggota keraton berendam dan
bertapa disana. Diyakini bahwa dengan berendam di sungai tersebut akan
memunculkan aura kepemimpinan yang kuat, padahal secara logika hal itu tidak
ada hubungannya.
0 komentar:
Posting Komentar