Rabu, 18 September 2019

HEURISTIK KETERWAKILAN, BIAS DAN MAGICAL THINGKING


1) Jelaskan dengan bahasa anda sendiri, tentang apa itu heuristik keterwkilan dan beri contohnya;
(2) Berikan dua contoh tentang priming;
(3) Jelaskan dan beri contoh tentang bias negativitas

1.      Heuristik keterwakilan ( heuristic representativeness ) merupakan proses ketika kita menilai sesuatu yang kita jumpai lalu kita membuat keputusan akan sesuatu yang kita jumpai itu sesuai dengan informasi yang kita miliki dari objek atau fenomena yang hampir sama.
Contohnya : saya menjumpai seseorang yang memakai baju,tas dan sepatu bermerek sedang berfoto di sebuah jembatan. Orang itu melakukan pose-pose dengan luwes tanpa kaku sedikitpun. Dari apa yang pernah saya lihat orang-orang yang seperti itu adalah model atau selebgram. Jadi dari informasi itu saya menyimpulkan bahwa orang yang sedang berfoto di sebuah jembatan itu adalah seorang model / selebgram.

2.  ( NO 2) Waktu itu saya pernah mengalami depresi dan terkadang saya sering berhalusinasi, seperti melihat, mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada dan kadang berbicara sendiri. Ibu saya yang notabennya dulu hidup di lingkungan yang bisa dikatakan agak terpencil dan disana orang-orang sangat mempercayai hal-hal bersifat gaib, langsung menyimpulkan bahwa saya kerasukan jin dan semacamnya makanya saya sering dibawa ke orang pintar seperti Kyai. Namun setelah akhirnya saya dibawa ke psikolog dan psikiater disana dijelaskan bahwa saya mengalami depresi dan itu bukan sesuatu yang baru untuk remaja seusia saya.

Lalu ada kasus seseorang (panggil saja si C) itu adalah seorang santri sekaligus anak dari seorang kyai. Dari kecil si C ini sudah dididik dengan ajaran-ajaran islam. Bahkan saat memasuki usia sekolah dari SD-SMA selalu dia dimasukkan ke sekolah bernuansa islami. Namun terkadang dia agak berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Dia pernah bilang bahwa menabung di bank adalah ghibah dll, lalu menaiki kendaraan tidak diajarkan dalam islam karena .......Ia selalu mengkaitkan sesuatu dengan apa yang pernah dipelajarinya, sejarah nabi,dll. Menurut saya itu agak berlebihan walaupun saya seorang muslim tapi kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

3.      Bias negativitas adalah informasi yang kita punya terlalu dilebih-lebihkan dan informasi yang kita punya ini hanya memandang  hal-hal bersifat negatifnya saja. Jadi seakan-akan kita beranggapan buruk tentang orang yang bersangkutan misanya, saya mengenal si A jauh lebih dekat dibandingkan si B, akan tetapi saya hanya memandang si A itu sifat-sifat buruknya saja, sisi baiknya seakan terabaikan. Oleh karena itu saya terlanjur mengecap jelek si A . Maka otomatis saya tidak akan memilih si A untuk menjadi ketua osis dan cenderung memilih si B. 

4.      Bias optimistik adalah  adalah lawan dari bias negativitas, jadi kita lebih berpikiran positif dan optimis akan sesuatu. Misalnya saya yakin bahwa saya akan masuk nominasi SNMPTN melihat saingan-saingan saya yang biasa-biasa saja. Namun karena pikiran yang terlalu optimis pula akan menjadikan si “saya” itu kurang maksimal usahanya karena sudah terlalu percaya diri, lalu tanpa disadari anak-anak yang biasa-biasa saja justru berusaha maksmal. Akhirnya si “saya” pun tidak lolos SNMPTN dan anak yang biasa-biasa saja justru yang lolos SNMPTN.

5.      Magical Thingking ialah suatu proses berpikir yang melibatkan asumsi, namun asumsi tersebut tidak didasarkan pada alasan yang rasional. Hal ini masih banyak terjadi di Indonesia, misalnya saya pernah mendengar para calon legislatif sebelum pemilihan akan berendam di sungai tempat yang dulunya para pemimpin kerajaan dan anggota keraton berendam dan bertapa disana. Diyakini bahwa dengan berendam di sungai tersebut akan memunculkan aura kepemimpinan yang kuat, padahal secara logika hal itu tidak ada hubungannya.


0 komentar:

Posting Komentar