Rabu, 18 September 2019

GENDER DALAM PSIKOLOGI


(1) Identifikasi peran gender laki-laki dan perempuan dalam konteks sosial budaya di Indonesia. Apa yang seharusnya atau yang diharapkan melekat pada diri laki laki dan perempuan;
(2) Apa yang menurut anda tidak adil dari peran gender laki laki dan perempuan di Indonesia;
(3) Apa pendapat anda tenteng hipermaskulinitas dan hiperfemininitas;
(4) Apakah anda nyaman dengan peran gender anda, atau lebih spesifik, apakah anda nyaman dengan cara anda bertutur kata, berperilaku, dan berpakaian. Kemukakan alasanya;
(5) Cari satu judul penelitian terkait dengan gender yang dimuat dalam jurnal, lalu uraikan secara singkat hasil penelitian tersebut.   


1.   (NO 1)    Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Sebagian besar suku-suku di Indonesia masih terdapat perbedaan peran gender yang kuat salah satu contohnya adalah suku jawa. Di jawa gender laki-laki dianggap memiliki derajat dan martabat yang lebih tinggi dibanding gender perempuan. Saat masih anak-anak anak laki-laki akan dibiarkan bebas bermain diluar rumah, sedangkan anak perempuan tidak sebebas anak laki-laki dalam bermain. Mereka punya tanggung jawab membantu ibu mereka mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci, dll. Hal tersebut terkadang berlaku sampai mereka beranjak dewasa dimana laki-laki boleh bebas menempuh pendidikan sejauh mungkin, dan bebas dalam mencari pekerjaan karena itu merupakan kodrat laki-laki untuk menafkahi keluarganya kelak. Beda dengan anak perempuan terkadang ada hambatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bahkan tidak sedikit orang tua yang menyuruh mereka untuk menikah muda dan menjadi ibu rumah tangga saja. Beberapa orang tua disana beranggapan bahwa anak perempuan yang belum bersuami tidak baik tinggal jauh-jauh dari orang tua dan anggapan bahwa bukan kodratnya perempuan untuk bekerja. Dalam pemilihan ketua/pemimpin dalam suatu organisasi dan sebagainya, orang jawa cenderung akan mengutamakan calon laki-laki karena laki-laki dianggap lebih rasional dalam berpikir dan karena sebagian orang jawa beragama islam maka dalam ajaran islam pun disampaikan bahwa pemimpin itu diutamakan laki-laki karena laki-laki lebih utama dari perempuan dan merupakan pemimpin bagi kaum perempuan. Perempuan di suku jawa sedari kecil sudah diajarkan tentang adab sopan santun baik dalam makan, berbicara, duduk, berpakaian dll, berbeda dengan laki-laki yang terkadang masih serampangan. Anak perempuan juga sudah diajarkan untuk patuh dan menuruti kata orang tuanya karena jika menolak maka orang tua disana biasanya akan berdalih  bahwa ia anak durhaka dll. Anak perempuan juga harus patuh pada perintah suaminya kelak karena suami dianggap sebagai imam yang membimbing mereka ke jalan yang lebih baik.

2.    (NO 2)   Menurut saya yang tidak adil adalah dimana ada batasan bagi kaum perempuan dalam menempuh pendidikan setinggi-tingginya dan dapat bekerja sesuai cita-cita. Di daerah tempat tinggal saya banyak orang tua yang menyarankan mereka menikah muda saja sehabis lulus SMA bahkan SMP. Apabila menolak maka akan dicap sebagai anak durhaka,dll. Namun justru karena pernikahan dini ini banyak membawa dampak negatif ketimbang positifnya. Mereka yang menikah muda rata-rata memiliki hambatan pada kebutuhan ekonominya dan banyak yang berakhir dengan perceraian. Lalu bagian yang tidak adil bagi kaum aki-laki sendiri saya kurang tahu karena saya bukan laki-laki, akan tetapi kalau saya perhatikan lingkungan sekitar saya dan kebetulan kakak saya adalah laki-laki bagian yang tidak adilnya adalah kurangnya perhatian orang tua untuk anak laki-laki. Anak laki-laki biasanya dituntut untuk mandiri di usianya yang seharusnya masih perlu bimbingan orang tua karena anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang besar. Mereka kadang juga kurang di pantau oleh orang tua mereka sehingga banyak yang terjerumus ke pergaulan yang tidak sehat.

3.    (NO 3)   Menurut saya hipermaskulinitas dan hiperfemininitas tidak selalu membawa efek negatif namun juga ada efek positifnya misalnya untuk hipermaskulinitas yang mempunyai harga diri yang tinggi maka mereka akan menempuh berbagai hal seperti pendidikan, pekerjaan, dll untuk mencapai kebanggan dirinya, walaupun menurut saya efek negatifnya lebih banyak karena bagaimanapun sesuatu yang terlalu berlebihan itu tidak baik. Menurut saya, bagi hipermaskulinitas yang merasa bahwa kekerasan merupakan suatu bentuk kejantanan, maka perlu dikurangi ( bahkan diobati ) karena bagaimanapun tidak ada wanita ‘sehat’ yang suka dikasari baik dalam bentuk seksual dll. Lalu bagi hiperfemininitas yang suka sangat bergantung pada laki-laki, menurut saya perlu dikurangi rasa kebergantungannya supaya bisa menjadi lebih percaya diri dan mandiri.

4.   (NO 4)    Saat ini saya sudah nyaman dengan gender saya sebagai perempuan ( walau saya tidak suka dengan deskriminasi gender yang masih sering terjadi di berbagai tempat ) karna sedari kecil saya sudah diajari tentang adab sopan santun, adab makan yang baik, berpakaian yang baik, cara duduk yang baik, dan tutur kata yang baik sesuai adat anak perempuan jawa di tempat tinggal saya sehingga hal itu sudah menjadi kebiasaan yang saya lakukan sehari-hari hingga sekarang tanpa saya sadari dan tanpa adanya paksaan.

5.     (NO 5)  Judul jurnal : ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS KEPENDUDUAKN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016.

Oleh : ditaria ( Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta )
Uraian singkat :
Kepemimpinan yang dipegang oleh perempuan mendapatkan respon positif oleh para anggota dan staf-stafnya dimana mereka sangat terbuka dan menerima adanya sosok pemimpin dari kaum perempuan. Mereka secara garis besar telah menerima persamaan gender dalam hal jabatan dan mendukung adanya kepemimpinan yang dipegang oleh perempuan yang membuktikan hasil kerja mereka tidak kalah berhasil dari pemimpin laki-laki. Terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat perempuan diterima sebagai pemimpin. Faktor penghambatnya salah satunya adalah representasi agama dimana dalam agama dikatakan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi dari perempuan, dan walaupun perempuan menjabat sebagai pemimpin tetapi imamnya tetap laki-laki. Faktor pendukung yang sangat berpeengaruh bagi penerimaan perempuan sabagai pemimpin adalah adanya motivasi dan pendidikan yang tinngi.

0 komentar:

Posting Komentar