Sabtu, 09 November 2019

REVIEW ARTIKEL AHIMSA PUTRA Paradigma Ilmu Sosial-Budaya

TUGAS ANTROPOLOGI
REVIEW ARTIKEL



Oleh :
DWI DIAN ANGGRAENI ( 18081081 )
ANTROPOLOGI 13F1

ü IDENTITAS ARTIKEL

1. Judul artikel : Paradigma Ilmu Sosial-Budaya
2. Penulis : Heddy Shri Ahimsa- Putra
3. Jumlah halaman : 24


ü LATAR BELAKANG

Paradigma merupakan sebuah konsep yang populer. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Thomas Khun paradigma yang dimaksud memiliki artian yang berbeda dengan paradigma yang berasal dari ilmuwan-ilmuwan, kita menyebutnya sebagai paradigma khun. Namun menurut Ahimsa Putra dalam artikelnya terdapat kelalaian khun dalam menjelaskan apa itu yang dimaksud dengan paradigma. Khun tidak menjelaskan secara terperinci apa yang dimaksud sebagai paradigma bahkan dalam tulisan-tulisannya khun terlihat tidak konsisten. Hal ini mengakibatkan kesulitan menurut Ahimsa Putra untuk menggunakan konsep paradigma guna mengembangkan ilmu-ilmu sosial budaya. Dalam artikel yang ditulis oleh Ahimsa Putra tersebut menguraikan apa saja yang dimaksud dengan paradigma menurut sisi pandang si penulis guna mengatasi kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep paradigma.

ü METODE PENELITIAN

Seperti yang dilihat dari artikel yang ditulis Ahimsa Putra tersebut, beliau menggunakan kajian pustaka, dan data yang dianalisis berupa data kualitatif.


ü HASIL PEMBAHASAN

1)      PARADIGMA : SEBUAH DEFINISI

Ahimsa Putra mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran
yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/ atau
masalah yang dihadapi.  
Ahimsa Putra kemudian menjabarkannya lagi lebih dalam ke dalam bentuk frasa,
bentuk yang pertama adalah “Seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk suatu kerangka pemikiran....." , kata 'seperangkat' merujuk pada paradigma yang memiliki lebih dari satu unsur berupa kesatuan konsep-konsep atau kumpulan makna-makna atau kumpulan pengertian-pengertian. Dikatakan oleh Ahimsa Putra bahwa 'seperangkat konsep' ini berhubungan logis secara paradigmatik, sintagmatik, metonimik dan metaforik sehingga terjadi relasi antar unsur dalam paradigma yang berada pada tataran logika yang kemudian membentuk kerangka pemikiran.
Bentuk yang kedua adalah pada kalimat " ..yang berfungsi untuk memahami dan menjelaskan kenyataan dan/atau masalah yang dihadapi".
Menurut Ahimsa Putra kerangka pemikiran yang sudah terbentuk tadi memiliki fungsi untuk memahami, mendefinisikan, dan menentukan kenyataan yang dihadapi, menggolongkannya ke dalam kategori-kategori, dan kemudian menghubungkannya dengan definisi kenyataan lainnya, sehingga terjalin relasi-relasi pada pemikiran tersebut, yang kemudian membentuk suatu gambaran tentang kenyataan yang dihadapi.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi dalam pikiran manusia salah satunya adalah rasa tidak puas. Guna mengatasi hal tersebut maka manusia berupaya mencari jalan keluarnya, sehingga paradigma tidak hanya ada di kalangan ilmuwan saja tetapi juga di kalangan orang awam biasa. Ahimsa Putra menegaskan bahwa hanya dengan pendefinisian saja belum cukup untuk pengembangan paradigma sehingga dibutuhkan penjelasan lebih lanjut mengenai kompenen-kompenen paradigma.


2)     UNSUR-UNSUR (KOMPENEN-KOMPENEN) PARADIGMA
Melalui pendapat-pendapat para ahli seperti Kuhn, Cuff  dan Payne, penulis menyimpulkan bahwa paradigma memiliki sejumlah unsur yaitu :
                               I.            Asumsi-asumsi/Anggapan-anggapan Dasar (Basic Assumption)

“Asumsi atau anggapan dasar adalah pandangan-pandangan mengenai suatu hal (bisa benda,ilmu pengetahuan, tujuan sebuah disiplin, dan sebagainya) yang tidak dipertanyakan lagi kebenaraannya atau sudah diterima kebenarannya”.
Dari pernyataan tersebut Ahimsa Putra menyimpulkan bahwa asumsi-asumsi dasar merupakan fondasi dari sebuah disiplin atau bidang keilmuan, atau dasar dari sebuah kerangka pemikiran. Ia memberikan alasan penggunaan kata asumsi bukan dalil atau hukum lebih tepat karena tindakan “tidak lagi mempertanyakan kebenaran” tidak berlaku pada semua orang.

                            II.            Nilai-nilai (values)

Menurut Ahimsa Putra dalam artkel ini, dalam paradigma setidaknya mengandung nilai-nilai ilimu pengetahuan, ilmu sosial budaya, penilitian ilmiah, analisis ilmiah, hasil penelitian. Nilai-nilai ini tidak selalu berhubungan dengan hal-hal yang  baik, tetapi juga berkenaan dengan ha-hal yang tidak baik.

                         III.            Model-model (models)

Model adalah perumpamaan, analogi, atau kiasaan tentang gejala yang dipelajari. Model bersifat menyederhanakan (Inkeles 1964) yang berarti tidak semua unsur realita dapat tampil dalam sebuah model. Model dibedakan menjadi model utama (primary model) dan model pembantu (secondary model). Model utama merupakan model yang paling dekat dengan asumsi dasar, biasanya berupa uraian-uraian (kata-kata) sedangkan model pembantu biasanya berupa skema atau diagram untuk memudahkan peneliti menjelaskan teori/hasil analisisnya.

                         IV.            Masalah yang Diteliti / yang Ingin Dijawab

Menurut Ahimsa Putra, setiap penelitian  harus ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab, dan/atau hipotesa-hipotesa yang ingin dibuktikan karena setiap pertanyaan atau hipotesa secara implisit menyimpan asumsi-asumsi dasar berkenaan dengan gejala yang diteliti, tujuan meneliti, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

                            V.            Konsep-konsep Pokok (Main Concepts, Key Words)

Disini sang penulis mendefinisikan konsep sebagai istilah-istilah atau kata-kata yang diberi makna tertentu sehingga membuatnya dapat digunakan untuk menganalisis, memahami, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa atau gejala sosial-budaya yang dipelajari.

                         VI.            Metode-metode Penelitian (Methods of Research)

Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif tidak lain adalah metode atau cara guna memperoleh, mengumpulkan, data kualitatif dan data kuantitatif. Yang penting dalam suatu penelitian adalah bagaimana dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dengan memuaskan, dengan meyakinkan, dan ini sangat tergantung pada data yang dikemukakan.

                      VII.            Metode-metode Analisis (Methods of Analysis)
                     Metode analisis data pada dasarnya adalah cara-cara untuk memilah-milah, mengelompokkan data -kualitatif maupun kuantitatif- agar kemudian dapat ditetapkan relasirelasi tertentu antara kategori data yang satu dengan data yang lain. Setiap paradigma selalu mempunyai metode analisis tertentu yang khas. Metode analisis inilah yang kemudian akan menentukan corak hasil analisis atau teorinya, dan teori yang muncul dalam sebuah paradigma tidak akan sama dengan teori yang muncul dalam paradigma yang lain.

                   VIII.            Hasil Analisis/Teori (Results of Analysis/Theory)

Setelah melakukan analisis data akan didapatkan kesimpulan dan pendapat-pendapat mengenai gejala yang dipelajari berupa pernyataan-pernyataan yang menunjukkan relasi antar suatu variabel dengan variabel yang lain, dan pernyataan yang menunjukkan hakikat (the nature) atau ciri dan keadaan dari gejala yang diteliti . Hasil analisis inilah yang kemudian menghasilkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lain, atau pernyataan yang sudah terbukti kebenarannya mengenai hakikat suatu gejala yang diteliti, atau bisa disebut sebagai teori.
          
                         IX.            Representasi (Etnografi)

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa representasi adalah karya ilmiah yang memaparkan kerangka pemikiran analisis, dan hasil analisia yang telah dilakukan, yang kemudian menghasilkan kesimpuulan atau teori tertentu, bisa dalam bentuk skripsi, tesis, artikel ilmiah, disertasi,dll. Paradigma belum dikatakan sebagai paradigma sebeum adanya representasi.

3)      SKEMA PARADIGMA

Dalam gambar yang dipaparkan dalam artikel tersebut, dapat dijelaskan :
Unsur-unsur yang tidak selalu eksplisit, antara lain (dari bawah ke atas) :
·         Asumsi dasar
·         Nilai-nilai
·         Model
Unsur-unsur yang selalu eksplisit, antara lain (dari bawah keatas) :
·         Masalah yang ingin diteliti
·         Konsep-konsep
·         Metode penelitian
·         Metode analisis
·         Hasil analisis (teori)
·         Etnografi

ü KELEBIHAN

1.      Artikel yang ditulis Ahimsa Putra tersebut sangat runtut. Semuanya ditulis dan dijelaskan secara urut dan sistematis sehingga lebih mudah dalam memahami artikelnya.
2.      Dalam artikelnya Ahimsa Putra juga menyisipkan kutipan/pendapat-pendapat dari para tokoh terkenal sehingga membantu kita dalam memahami isi artikel dan menambah wawasan.
3.      Ahimsa Putra juga memaparkan sesuatu dengan rinci dan jelas, seperti pada pengertian paradigma yang dijelaskan secara detail per penggalan kalimatnya.

ü  KEKURANGAN

1.      Pada bagian pengantar Ahimsa Putra hanya menjelaskan tentang paradigma menurut Khun saja dan tidak membahas lebih lanjut Paradigma menurut tokoh lain.
2.      Ada beberapa pemilihan kata-kata yang kurang tepat dan kalimatnya yang bertele-tele sehingga terkadang sulit untuk mengartikan maksudnya.
3.      Penataan tulisannya kurang rapi dan sedikit tidak enak dilihat.






ü KESIMPULAN

Ahimsa Putra mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran
yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/ atau
masalah yang dihadapi.
Paradigma mempunyai unsur-unsur yang sifatnya tidak selalu eksplisit dan unsur-unsur yang selalu eksplisit. Unsur-unsur yang tidak selalu eksplisit antara lain, Asumsi dasar, Nilai-nilai, Model, sedangkan unsur-unsur yang selalu eksplisit, antara lain Masalah yang ingin diteliti, Konsep-konsep, Metode penelitian, Metode analisis, Hasil analisis (teori), Etnografi








0 komentar:

Posting Komentar