Sabtu, 09 November 2019

REVIEW ARTIKEL SURONO, M.A Kentongan : Pusat Informasi, Identitas, dan Keharmonisan pada Masyarakat Jawa


TUGAS ANTROPOLOGI
REVIEW ARTIKEL



Oleh :
DWI DIAN ANGGRAENI ( 18081081 )
ANTROPOLOGI 13F1





ü IDENTITAS ARTIKEL

1.      Nama penulis : Surono, M.A
2.      Judul artkel : Kentongan : Pusat Informasi, Identitas, dan Keharmonisan pada Masyarakat Jawa
3.      Jumlah halaman : 28 halaman

ü PENDAHULUAN
Kentongan merupakan salah satu alat komunikasi tradisional di Indonesia yang umurnya sudah cukup tua. Kentongan sering digunakan pada masa lalu sebelum alat komunikasi modern merajalela di Indonesia. Biasanya kentongan akan dipasang pada tempat-tempat umum seperti masjid atau surau, pos ronda, balai desa dan sebagainya. Hal ini dikarenakan sesuai dengan fungsi kentongan sebagai alat komunikasi tradisional yang berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi penting yang bersifat urgent (mendadak, bahaya ataupun darurat) yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Selain sebagai sarana penyampaian informasi yang bersifat urgent, kentongan juga digunakan sebagai sarana  penyampaian informasi terkait kegiatan-kegiatan massal yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar. Cara menggunakan kentongan adalah dengan dipukul hingga beberapa ketukan, bunyi ketukan kentongan nantinya akan mengundang perhatian masyarakat sekitar sehingga mereka akan berkumpul disatu titik di sumber suara.
Selain sebagai alat komunikasi tradisional, kentongan juga masuk sebagai salah satu kategori alat musik tradisional Indonesia. Hal ini dikarenakan suara khas yang dihasilkan oleh kentongan yang mampu menarik perhatian khalayak ramai sehingga sering dijadikan sebagai pelengkap alat musik lain. Sebagai salah satu alat musik tradisional, kentongan merupakan alat musik yang paling tua dan paling awal karena bentuk kentongan yang sederhana sehigga mudah dibuat dan digunakan oleh masyarakat.

ü LATAR BELAKANG

Di era globalisasi saat ini, kentongan semakin tersingkirkan oleh kehadiran-kehadiran alat komunikasi modern yang lebih canggih dan praktis seakan tenggelam oleh zaman. Masyarakat lebih memilih alat komunkasi modern karena selain dinilai praktis juga lebih dimudahkan dalam penyampaian informasi dimana saja dan kapan saja. Semakin berkembangnya alat komunikasi modern membuat masyarakat saat ini lebih bersifat individualis, hal ini berdampak pada semakin berkurangnya kebersamaan yang terjalin diantara masyarakat.
Kentongan sebagai wujud dari kebudayaan masyarakat di Indonesia diharapkan mampu mengatasi dampak-dampak negatif dari alat komunikasi modern yang mempengaruhi pola perilaku masyarakat. Sebagai alat komunikasi sekaligus alat musik tradisional,  kentongan memiliki kekhasan tersediri yang tidak dimiliki oleh alat komunikasi atau alat musik lainnya. Hal inilah yang menjadi daya tarik dari kentongan untuk dikaji lebih lanjut.
Tujuan penelitian dari artikel yang ditulis oleh Surono, M.A tersebut adalah mengkaji fisik kentongan mulai dari pemilihan bahan baku, makna filosofis yang terkandung didalamnya, hingga proses pembuatannya, dan bagaimana perkembangannya dari alat musik tradisional menjadi ciri khas atau identitas suatu masyarakat khususnya masyarkat Jawa.













ü METODE PENELITIAN

1.      Pengumpulan Data
Dalam artikel yang ditulis oleh Surono,M.A tersebut data yang komprehensif didapatkan dengan menggabungkan penelitian lapangan, metode wawancara, dan penelitian pustaka.
2.      Objek Penelitian
Dalam artikel yang ditulis oleh Surono,M.A tersebut penelitian lapangan dilakukan di wilayah Yogyakarta ditambah dengan wawancara mendalam dengan orang jawa di daerah jawa lainnya sebagai informan. Informan yang diteliti rata-rata berusia 50 tahun keatas dan laki-laki.
3.      Teknik Analisis Data
Dalam artikel yang ditulis oleh Surono,M.A tersebut data-data yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

















ü HASIL PEMBAHASAN

Kentongan merupakan salah satu bentuk folklor karena posisinya masih diakui di zaman teknologi yang serba canggih ini, untuk itu penulis dalam makalahnya mencoba menganalisis kentogan secara lebih dalam.
·         Fisik Kentongan
1.      Ukuran dan Bentuk
Kentongan yang dimiliki oleh perorangan (rumah tangga) berukuran lebih kecil dari pada kentongan yang digunakan untuk kepentingan umum maupun peribadatan dengan panjang sekitar 40 cm -70cm, biasanya bentuknya bulat untuk kentongan bambu sedangkan kentongan bongkol  biasanya berbentuk melengkung seperti bulan sabit, diameternya sekitar 20 – 25 cm.
Kentongan yang dipergunakan di tempat-tempat umum dan peribadatan biasanya, panjangnya lebih dari satu meter, ukuran kelilingnya lebih dari 30 cm, terbuat dari kayu, dan biasanya bentuknya silinder.
Kentongan bambu pemukulnya biasanya terbuat dari bilahan bambu yang sudah dihaluskan, sedangkan pemukul kentongan untuk tempat umum dan peribadatan terbuat dari potongan batang kayu, pada bagian ujung pemukul tersebut dilapisi dengan bandalam motor/sepeda
2.      Bahan dan Keunikannya
Dalam artikelnya penulis menganalisis pada masyarakat Jawa dan menemukan bahwa disana ada beberapa pertimbangan khusus dalam memilih bahan baku  pembuatan kentongan.
1)      Masyarakat Jawa  biasanya menggunakan bambu dari jenis ori dan bamu petung untuk dimanfaatkan bongkolnya. Kedua jenis bambu ini dikenal memiliki bongkol yang memiliki  bentuk unik dan kuat. Jenis bambu lainnya adalah bambu apus dan  bambu wulung. Kedua jenis bambu ini hanya bisa dimanfaatkan batangnya
2)      Kayu yang dipilih biasanya kayu nangka terutama kayu nangka yang sudah tua, Namun ada juga sebagian kecil yang menggunakan kayu/batang pohon kelapa yang sudah tua (tetapi ini tidak lazim). Pemilihan kayu nangka sebagai bahan baku pembuatan kentongan ini menurut beberapa informan karena alasan kualitasnya suara yang dihasilkan
Dua bahan utama untuk membuat kentongan di atas akan lebih maksimal lagi kualitasnya jika dalam proses penebangannya menggunakan sistem Brubuh. Sistem brubuh adalah sistem penebangan tradisional yang dimiliki masyarakat Jawa untuk menebang bambu dan kayu. Di dalam sistem ini penebangan kayu tradisional tidak dilakukan sembarang waktu namun pada musim tertentu yakni mangsa tuwa (musim tua), yang terdiri dari  :
1)         Mangsa Kasanga (kesembilan) : tanggal 1 Maret – 25 Maret
2)         Musim Kasadasa (kesepuluh) : tanggal 26 Maret hingga 18 April
3)         Mangsa Desta (kesebelas) : tanggal 19 Apri – 11 Mei
Keunikan lainnya adalah ketika menentukan panjang lubang kentongan dengan cara mengukur keliling  badan kentongan dengan benang ataupun benda lain yang bisa dilingkarkan pada batang kentongan. Kemudian hasil pengukuran tersebut digunakan untuk menentukan berapa panjang lubang kentongan.

·         Fungsi Kentongan
Dalam artikelnya Surono,M.A menjelaskan 4 fungsi dari kentongan, termasuk fungsi lainnya :
1.      Pesan ritual keagamaan
2.      Informasi peristiwa tertentu
3.      Undangan
4.      Fungsi lainnya seperti hiasan komoditas, alat musik, dan pembuka kegiatan.

·         Makna Kentongan
Dalam artikelnya Surono, M.A menganalisi makna kentongan yang menunjukkan :
1.      Identitas
2.      Gengi atau Status sosia
3.      Keharmonisan sosial


ü KEUNGGULAN

1.      Dalam artikel yang ditulis oleh Surono,M.A tersebut beliau mengangkat topik yang dianggap sepele oleh banyak orang dan belum banyak orang yang melakukan penelitian tersebut. Dalam artikelnya beliau memaparkan kentongan dengan sangat lengkap mulai dari bentuk fisiknya yang dilengkapi dengan gambar beserta ukuran-ukurannya, dan fungsi-fungsi kentongan yang dipaparkan lengkap dengan jumlah pukulan dan jeda yang mengisyaratkan arti yang berbeda,.
2.      Dalam artikel tersebut juga dijelaskan makna lain dari kentongan yang belum banyak diketahui oleh khalayak ramai seperti kentongan yang menunjukkan sebagai identitas, gengsi/status sosial,dan keharmonisan sosial.
3.      Dalam artikel tersebut juga banyak menyisipkan sumber-sumber pustaka dan kutipan dari tokoh-tokoh yang semakin memperjelas.


ü KEKURANGAN
1.      Dalam artikel tersebut sejarah mengenai asal mula kentongan tidak dibahas secara lebih mendetail.
2.      Daam artikel tersebut objek penelitian sebatas pada orang-orang di daerah Yogyakarta dan Jawa.
3.      Dikarenakan penelitian yang secara khusus mengambil informan-informan dari Jawa sehingga yang dibahas dalam artikel ini lebih ke bagaimana kentongan di daerah Jawa, dan tidak mencakup bagaiman kentongan di daerah luar Jawa.





ü KESIMPULAN

Kentongan merupakan alat komunikasi tradisional sekaligus alat musik tradisional karena bunyinya yang khas. Kentongan dulu banyak digunakan sepagai alat penyampaian infromasi yang sifatnya urgent yang banyak di pasang di tempat-tempat umum seperti masjid, balai desa, pos ronda,dll.
Dari segi fisiknya kentongan dikategorikan menjadi dua jenis yaitu kentongan yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan umum dengan bahan dan ukuran yang berbeda. Kentongan untuk kepentingan pribadi biasanya terbuat dari bambu dan ukurannya relatif lebih kecil dari kentongan untuk umum, sedangkan kentongan untuk umum biasanya terbuat dari kayu nangka dan ukurannya lbih besar dari kentongan pribadi. Dalam tata cara pemukulannya kentongan umum memiliki aturan-aturan yang mengisyaratkan arti yang berbeda.
Fungsi kentongan seperti yang dijelaskan dalam artikel tersebut sebagai penyampaian pesan ritual keagamaan, infromasi peristiwa tertentu, undangan, dan fungsi lainnya seperti sebagai alat musik, hiasan, dan tanda pembuka kegiatan.
Makna kentongan seperti yang dijelaskan oleh Pak Surono,M.A dalam artikelnya antara lain menunjukkan identitas, gengsi/status sosial, dan keharmonisan sosial.
Saat ini kentongan mulai tergeser oleh perkembangan zaman dan digantikan oleh alat komunikasi modern, walaupun begitu dibeberapa kampung-kampung di Jawa dan Yogyakarta kentongan masih digunakan sebagai alat untuk mnyampaikan informasi massal.


0 komentar:

Posting Komentar