TUGAS
ANTROPOLOGI
REVIEW ARTIKEL
Oleh :
DWI DIAN
ANGGRAENI ( 18081081 )
ANTROPOLOGI 13F1
ü IDENTITAS
ARTIKEL
1. Nama
penulis : Surono, M.A
2. Judul
artkel : Kentongan : Pusat Informasi, Identitas, dan Keharmonisan pada
Masyarakat Jawa
3. Jumlah
halaman : 28 halaman
4. Alamat
website : http://www.academia.edu/22460462/KENTONGAN_PUSAT_INFORMASI_IDENTITAS_DAN_KEHARMONISAN_PADA_MASYARAKAT_JAWA
ü PENDAHULUAN
Kentongan
merupakan salah satu alat komunikasi tradisional di Indonesia yang umurnya
sudah cukup tua. Kentongan sering digunakan pada masa lalu sebelum alat
komunikasi modern merajalela di Indonesia. Biasanya kentongan akan dipasang
pada tempat-tempat umum seperti masjid atau surau, pos ronda, balai desa dan
sebagainya. Hal ini dikarenakan sesuai dengan fungsi kentongan sebagai alat
komunikasi tradisional yang berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan
informasi penting yang bersifat urgent
(mendadak, bahaya ataupun darurat) yang perlu diketahui oleh khalayak ramai.
Selain sebagai sarana penyampaian informasi yang bersifat urgent, kentongan juga digunakan sebagai sarana penyampaian informasi terkait
kegiatan-kegiatan massal yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar. Cara
menggunakan kentongan adalah dengan dipukul hingga beberapa ketukan, bunyi
ketukan kentongan nantinya akan mengundang perhatian masyarakat sekitar
sehingga mereka akan berkumpul disatu titik di sumber suara.
Selain
sebagai alat komunikasi tradisional, kentongan juga masuk sebagai salah satu
kategori alat musik tradisional Indonesia. Hal ini dikarenakan suara khas yang
dihasilkan oleh kentongan yang mampu menarik perhatian khalayak ramai sehingga
sering dijadikan sebagai pelengkap alat musik lain. Sebagai salah satu alat
musik tradisional, kentongan merupakan alat musik yang paling tua dan paling
awal karena bentuk kentongan yang sederhana sehigga mudah dibuat dan digunakan
oleh masyarakat.
ü LATAR
BELAKANG
Di
era globalisasi saat ini, kentongan semakin tersingkirkan oleh
kehadiran-kehadiran alat komunikasi modern yang lebih canggih dan praktis seakan
tenggelam oleh zaman. Masyarakat lebih memilih alat komunkasi modern karena
selain dinilai praktis juga lebih dimudahkan dalam penyampaian informasi dimana
saja dan kapan saja. Semakin berkembangnya alat komunikasi modern membuat
masyarakat saat ini lebih bersifat individualis, hal ini berdampak pada semakin
berkurangnya kebersamaan yang terjalin diantara masyarakat.
Kentongan
sebagai wujud dari kebudayaan masyarakat di Indonesia diharapkan mampu
mengatasi dampak-dampak negatif dari alat komunikasi modern yang mempengaruhi
pola perilaku masyarakat. Sebagai alat komunikasi sekaligus alat musik
tradisional, kentongan memiliki kekhasan
tersediri yang tidak dimiliki oleh alat komunikasi atau alat musik lainnya. Hal
inilah yang menjadi daya tarik dari kentongan untuk dikaji lebih lanjut.
Tujuan
penelitian dari artikel yang ditulis oleh Surono, M.A tersebut adalah mengkaji
fisik kentongan mulai dari pemilihan bahan baku, makna filosofis yang
terkandung didalamnya, hingga proses pembuatannya, dan bagaimana
perkembangannya dari alat musik tradisional menjadi ciri khas atau identitas
suatu masyarakat khususnya masyarkat Jawa.
ü METODE
PENELITIAN
1. Pengumpulan
Data
Dalam artikel yang
ditulis oleh Surono,M.A tersebut data yang komprehensif didapatkan dengan
menggabungkan penelitian lapangan, metode wawancara, dan penelitian pustaka.
2. Objek
Penelitian
Dalam artikel yang
ditulis oleh Surono,M.A tersebut penelitian lapangan dilakukan di wilayah
Yogyakarta ditambah dengan wawancara mendalam dengan orang jawa di daerah jawa
lainnya sebagai informan. Informan yang diteliti rata-rata berusia 50 tahun
keatas dan laki-laki.
3. Teknik
Analisis Data
Dalam artikel yang ditulis oleh
Surono,M.A tersebut data-data yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
ü HASIL
PEMBAHASAN
Kentongan
merupakan salah satu bentuk folklor karena posisinya masih diakui di zaman
teknologi yang serba canggih ini, untuk itu penulis dalam makalahnya mencoba
menganalisis kentogan secara lebih dalam.
·
Fisik Kentongan
1. Ukuran
dan Bentuk
Kentongan yang dimiliki
oleh perorangan (rumah tangga) berukuran lebih kecil dari pada kentongan yang
digunakan untuk kepentingan umum maupun peribadatan dengan panjang sekitar 40
cm -70cm, biasanya bentuknya bulat untuk kentongan bambu sedangkan kentongan
bongkol biasanya berbentuk melengkung
seperti bulan sabit, diameternya sekitar 20 – 25 cm.
Kentongan yang
dipergunakan di tempat-tempat umum dan peribadatan biasanya, panjangnya lebih
dari satu meter, ukuran kelilingnya lebih dari 30 cm, terbuat dari kayu, dan
biasanya bentuknya silinder.
Kentongan bambu
pemukulnya biasanya terbuat dari bilahan bambu yang sudah dihaluskan, sedangkan
pemukul kentongan untuk tempat umum dan peribadatan terbuat dari potongan
batang kayu, pada bagian ujung pemukul tersebut dilapisi dengan bandalam
motor/sepeda
2. Bahan
dan Keunikannya
Dalam artikelnya
penulis menganalisis pada masyarakat Jawa dan menemukan bahwa disana ada
beberapa pertimbangan khusus dalam memilih bahan baku pembuatan kentongan.
1) Masyarakat
Jawa biasanya menggunakan bambu dari
jenis ori dan bamu petung untuk dimanfaatkan bongkolnya. Kedua jenis bambu ini
dikenal memiliki bongkol yang memiliki
bentuk unik dan kuat. Jenis bambu lainnya adalah bambu apus dan bambu wulung. Kedua jenis bambu ini hanya
bisa dimanfaatkan batangnya
2) Kayu
yang dipilih biasanya kayu nangka terutama kayu nangka yang sudah tua, Namun
ada juga sebagian kecil yang menggunakan kayu/batang pohon kelapa yang sudah
tua (tetapi ini tidak lazim). Pemilihan kayu nangka sebagai bahan baku
pembuatan kentongan ini menurut beberapa informan karena alasan kualitasnya
suara yang dihasilkan
Dua bahan utama untuk
membuat kentongan di atas akan lebih maksimal lagi kualitasnya jika dalam
proses penebangannya menggunakan sistem Brubuh. Sistem brubuh adalah sistem
penebangan tradisional yang dimiliki masyarakat Jawa untuk menebang bambu dan
kayu. Di dalam sistem ini penebangan kayu tradisional tidak dilakukan sembarang
waktu namun pada musim tertentu yakni mangsa tuwa (musim tua), yang terdiri
dari :
1) Mangsa Kasanga (kesembilan) : tanggal 1
Maret – 25 Maret
2) Musim Kasadasa (kesepuluh) : tanggal 26
Maret hingga 18 April
3) Mangsa Desta (kesebelas) : tanggal 19
Apri – 11 Mei
Keunikan lainnya adalah
ketika menentukan panjang lubang kentongan dengan cara mengukur keliling badan kentongan dengan benang ataupun benda
lain yang bisa dilingkarkan pada batang kentongan. Kemudian hasil pengukuran
tersebut digunakan untuk menentukan berapa panjang lubang kentongan.
·
Fungsi Kentongan
Dalam artikelnya
Surono,M.A menjelaskan 4 fungsi dari kentongan, termasuk fungsi lainnya :
1. Pesan
ritual keagamaan
2. Informasi
peristiwa tertentu
3. Undangan
4. Fungsi
lainnya seperti hiasan komoditas, alat musik, dan pembuka kegiatan.
·
Makna Kentongan
Dalam artikelnya
Surono, M.A menganalisi makna kentongan yang menunjukkan :
1. Identitas
2. Gengi
atau Status sosia
3. Keharmonisan
sosial
ü KEUNGGULAN
1. Dalam
artikel yang ditulis oleh Surono,M.A tersebut beliau mengangkat topik yang
dianggap sepele oleh banyak orang dan belum banyak orang yang melakukan
penelitian tersebut. Dalam artikelnya beliau memaparkan kentongan dengan sangat
lengkap mulai dari bentuk fisiknya yang dilengkapi dengan gambar beserta
ukuran-ukurannya, dan fungsi-fungsi kentongan yang dipaparkan lengkap dengan
jumlah pukulan dan jeda yang mengisyaratkan arti yang berbeda,.
2. Dalam
artikel tersebut juga dijelaskan makna lain dari kentongan yang belum banyak
diketahui oleh khalayak ramai seperti kentongan yang menunjukkan sebagai
identitas, gengsi/status sosial,dan keharmonisan sosial.
3. Dalam
artikel tersebut juga banyak menyisipkan sumber-sumber pustaka dan kutipan dari
tokoh-tokoh yang semakin memperjelas.
ü KEKURANGAN
1. Dalam
artikel tersebut sejarah mengenai asal mula kentongan tidak dibahas secara
lebih mendetail.
2. Daam
artikel tersebut objek penelitian sebatas pada orang-orang di daerah Yogyakarta
dan Jawa.
3. Dikarenakan
penelitian yang secara khusus mengambil informan-informan dari Jawa sehingga
yang dibahas dalam artikel ini lebih ke bagaimana kentongan di daerah Jawa, dan
tidak mencakup bagaiman kentongan di daerah luar Jawa.
ü KESIMPULAN
Kentongan
merupakan alat komunikasi tradisional sekaligus alat musik tradisional karena
bunyinya yang khas. Kentongan dulu banyak digunakan sepagai alat penyampaian
infromasi yang sifatnya urgent yang banyak di pasang di tempat-tempat umum
seperti masjid, balai desa, pos ronda,dll.
Dari
segi fisiknya kentongan dikategorikan menjadi dua jenis yaitu kentongan yang
digunakan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan umum dengan bahan dan
ukuran yang berbeda. Kentongan untuk kepentingan pribadi biasanya terbuat dari
bambu dan ukurannya relatif lebih kecil dari kentongan untuk umum, sedangkan
kentongan untuk umum biasanya terbuat dari kayu nangka dan ukurannya lbih besar
dari kentongan pribadi. Dalam tata cara pemukulannya kentongan umum memiliki
aturan-aturan yang mengisyaratkan arti yang berbeda.
Fungsi
kentongan seperti yang dijelaskan dalam artikel tersebut sebagai penyampaian
pesan ritual keagamaan, infromasi peristiwa tertentu, undangan, dan fungsi
lainnya seperti sebagai alat musik, hiasan, dan tanda pembuka kegiatan.
Makna
kentongan seperti yang dijelaskan oleh Pak Surono,M.A dalam artikelnya antara
lain menunjukkan identitas, gengsi/status sosial, dan keharmonisan sosial.
Saat
ini kentongan mulai tergeser oleh perkembangan zaman dan digantikan oleh alat
komunikasi modern, walaupun begitu dibeberapa kampung-kampung di Jawa dan
Yogyakarta kentongan masih digunakan sebagai alat untuk mnyampaikan informasi
massal.
0 komentar:
Posting Komentar