ORGANISASI
DAN KELOMPOK KERJA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri
dan Organisasi 13F5
Dosen Pengampu Sowanya Ardi Prahara, S. Psi., M.A
Oleh :
1. Yatziah
Yaumil Rahmat (17081421)
2. Dwi
Dian Anggraeni (18081081)
3. Nur
Sholehah (18081172)
4. Andita
Nugrahani (18081242)
5. Erika
Apriliana (18081284)
6. Dimas
Colungga Sumadi (18081363)
7. Martin
Dwi Anggoro (18081739)
8. Tazkia Aulia Nursya'ban (18081941)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
TAHUN 2019/2020
PEMBAHASAN
A.
Definisi Organisasi dan Kelompok
Organisasi
adalah suatu unit sosial yang dikoordinasi secara sadar, terdiri atas dua atau
lebih orang-orang yang berfungsi dalam suatu basis yang kontinu untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau serangkaian tujuan.
Kelompok adalah
dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang datang
bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
B. Pembagian
Kelompok Kerja
1. Kelompok Formal
Kelompok formal didefinisikam
melalui keberadaan struktur organisasi, dengan penugasan kerja yang ditetapkan
untuk menentukan tugas-tugas. Dalam kelompok formal, perilaku anghota tim yanh
terlibat akan ditetapkan oleh dan diarahkan menuju tujuan-tujuan organisasi.
Kelompok formal
terdiri dari kelompok komando dan kelompok tugas. Kelompok komando adalah kelompom
yang dibuat berdasarkan struktur organisasi, contoh : jajaran menajerial,
bagian produksi, bagian pemasaran, dll. Sedangkan kelompok tugas adalah
kelompok yang dibentuk oleh organisasi namun bersifat sementara untuk melakukan
tugas tertentu dan kelompok akan dibubarkan jika tugas telah selesai, contoh : panitia
famili gathering, panitia aniversary perusahaan.
2. Kelompok
Informal
Kelompom informal
adalah kelompk yang tidak ditetapkan struktur secara formal atau tidak
ditentukan secara organisasional. Kelompok ini terbentuk secara alamiah di
dalam lingkungan kerja sebagai tanggapan atas kebutuhan kontak sosial. Contoh:
tiga atau lebih karyawan dari departemen yang berbeda-beda secara teratur makan
siang atau minum kopi bersama, atau beberapa karyawan yang memiliki minat yang
sama dalam hal sepak bola mengadakan futsal rutin tiap minggu.
C.
Tahap Pembentukan Kelompok
Pembentukan
kelompok tidak terjadi begitu saja. Kelompok terbentuk secara bertahap.
Tahap-tahap dalam pembentukan kelompok ada 5 yaitu membentuk (forming stage),
mempeributkan (storming stage), menyusun norma (norming stage), mengerjakan
(performing), dan membubarkan (adjourning stage). Dalam bahasa inggris tahapan
ini disebut sebagai five-stage group
development.
Berikut
tahap-tahapnya:
1.
Tahap Membentuk
(forming stage)
Forming
merupakan tahap awal dalam pembentukan kelompok. Dalam tahap ini anggota masih
belum memahami satu sama lain, belum terbentuknya kepercayaan antara anggota
kelompok, dan belum memahami jelas tujuan kelompok dan perannya di dalam
kelompok. Maka dari itu dalam tahap awal ini dilakukan pengenalan. Tahap ini
akan berakhir ketika para anggota sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok.
2.
Tahap
Mempeributkan (storming stage)
Tahap ini
ditandai dengan adanya konflik di dalam kelompok. Adanya kecenderungan idividualitas
pada anggota untuk menonjolkan dirinya dan saling mendominasi menyebabkan
konflik yang mengacu pada siapa yang akan mengendalikan kelompok . Apabila
tahap ini selesai maka akan terbentuk hierarki kepemimpinan yang jelas. Namun
jika tahap ini tidak selesai maka akan mengalami kegagalan.
3.
Tahap Menyusun
norma (norming stage)
Tahap ini
ditandai dengan adanya perkembangan hubungan yang semakin erat antar anggotanya
sehingga terciptanya kekompakan dalam kelompok, kerja sama, dan rasa tanggung
jawab. Mereka bisa menghargai satu sama lain dan mulai berpikir sebagai ‘kita’
daripada ‘saya’.
4.
Tahap
Mengerjakan (performing)
Dalam tahap ini
ditandai dengan adanya peningkatan dan pertumbuhan (refinement
& growth) dalam kelompok
sehingga kelompok akan bertumbuh. Para
anggotanya sudah memahami satu sama
lain dan memahami tugas-tugasnya sehingga para anggota bisa mengerjakan
tugasnya masing-masing.
5.
Tahap
Membubarkan (adjourning stage).
Dalam tahap ini
kelompok membubarkan diri karena tujuan kelompok sudah terpenuhi. Beberapa
aggota ada kelompok yang bersenang-senang atas pencapaian kelomponya, ada juga
yang sedih karena harus berpisah.
D. Perilaku
Kelompok
1. Kondisi
Eksternal Kelompok
a. Struktur organisasi
Strategi organisasi
ditentukan oleh manajemen tingkat puncak, dan sering kali juga ditetapkan
bersama-sama dengan manajemen tingkat menengah. Strategi merumuskan sasaran
yang hendak dicapai organisasi dan cara-cara mencapai sasaran tersebut. Strategi
yang ditetapkan organisasi mempengaruhi perilaku kelompok yang ada dalam
organisasi tersebut. Kelompok akan berperilaku sesuai dengan strategi yang
ditetapkan organisasi.
b.
Struktur
wewenang
Organisasi memiliki struktur
wewenang yang menentukan kepada siapa seseorang melapor, siapa yang membuat
keputusan, dan bagaimana wewenang yang diberikan kepada kelompok dalam
mengambil suatu keputusan. Struktur ini menentukan dimana posisi suatu kelompok
tertentu dalam hirarkhi organisasi, pimpinan kelompok formal dari kelompok, dan
hubungan formal di antara kelompok
c. Peraturan
Organisasi menciptakan
peraturan, prosedur, kebijaksanaan, dan berbagai bentuk peraturan lainnya yang
menentukan standar perilaku dari perkerja. Keleluasaan dan kebebasan dari
kelompok untuk menentukan standar perilakunya sangat dibatasi. Semakin banyak
peraturan formal yang diterapkan organisasi pada semua pekerjanya, maka
perilaku kelompok akan semakin konsisten dan dapat diramalkan.
d.
Sumber
daya organisasi
Organisasi ada yang skala
usahanya besar dan ada pula yang kecil. Organisasi yang besar tentu
sumber-sumber yang dimiliki juga besar. Pekerja akan dilengkapi dengan
peralatan-peralatan yang canggih untuk melaksanakan tugasnya. Sedangkan
organisasi yang relatif kecil akan melengkapi pekerjaannya dengan
peralatan-peralatan yang sederhana untuk menyelesaikan tugasnya. Besar atau
kecilnya sumberdaya yang lainnya yang diberikan organisasi kepada kelompok akan
mempengaruhi perilaku dan prestasi kelompok.
e. Proses
seleksi
Kriteria dalam proses
seleksi tenaga kerja akan menentukan tenaga kerja yang akan diterima yang
merupakan kelompok kerja dalam organisasi. Proses seleksi menjadi faktor
penting dalam menyaring orang-orang yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan
tugas dalam suatu organisasi. Kualitas dari calon pekerja tersebut nantinya
akan menjadi kelompok tugas sangat menentukan perilaku dan prestasi kelompok
tersebut.
f.
Evaluasi
kinerja dan penghargaan
Kelompok merupakan bagian
dari sistem organisasi, dimana perilaku kelompok akan dipengaruhi oleh
bagaimana organisasi dalam menilai prestasi kelompok yang ada dalam organisasi
dan bagaimana sistem imbalan yang diterapkan terhadap kelompok-kelompok yang
ada dalam organisasi. Adanya sistem imbalan yang mengkaitkannya dengan prestasi
dari kelompok kerja akan mempengaruhi perilaku kelompok tersebut.
g. Budaya
organisasi
Organisasi pada umumnya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak tertulis yang menentukan perilaku yang
boleh dan tidak boleh dilakukan para pekerja. Sementara organisasi tertentu
memiliki subkultur yang berlaku pada kelompok tertentu yang merupakan pelengkap
atau modifikasi standar perilaku yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Kultur
organisasi dan subkultur tersebut akan menentukan perilaku kelompok dalam
organisasi tersebut.
2. Sumber
Daya Anggota Kelompok
Ada dua sumber daya yang berperan
sangat penting pada anggota individu, yaitu kemampuan dan karakteristik
kepribadian.
a. Kemampuan
Ada
hubungan antara kemampuan intelektual (pengetahuan) dan keterampilan dengan
relevansi terhadap tugas terhadap kinerja kelompok.
b. Karakteristik
Kepribadian
Ada
hubungan antara karakteristik kepribadian yang positif dalam budaya terhadap
produktivitas, semangat dan kekohersifan kelompok
3. Struktur
Kelompok
a. Peran
Shakespeare berkata, “seluruh
dunia ini adalah sebuah panggung, dan seluruh pria dan wanita hanyalah para
pemainnya.” Dengan menggunakan metafora yang sama, semua anggota kelompok
adalah para aktor dan masing-masing memainkan sebuah peran.
Peran (role) adalah suatu rangkaian pola
perilaku yang diharapkan yang dikaitkan dengan seseorang yang menduduki posisi
tertentu dalam unit sosial.
Persepsi peran (role perception) adalah suatu
sudut pandang individu mengenai bagaimana dia seharusnya bertindak dalam suatu
situasi tertentu.
Ekspektasi peran (role expectation) adalah
bagaimana yang lainnya meyakini seseorang akan bertindak dalam suatu situasi
tertentu. Contohnya di tempat kerja, kita melihat ekspekasi peran melalui
perspektif kontrak psikologi : sebuah perjanjian yang tidak tertulis yang
terjadi antara pemilik usaha dan para karyawan. Perjanjian ini mengemukakan
ekspektasi timbal-balik : apa yang manajemen harapkan dari para karyawan dan
sebaliknya. Manajemen diharapkan untuk memperlakukan karyawan dengan adil,
menyediakan kondisi kerja yang dapat diterima, komunikasi yang jelas mengenai
apa hari kerja yang adil, dan memberikan umpan balik atas seberapa baik
karyawan dalam bekerja. Para karyawan diharapkan untuk memberikan tanggapan
dengan mendemostrasikan tingkah laku yang baik, mengikuti arahan, dan
menunjukkan kesetiaan pada organisasi.
Konflik peran (role conflict) adalah suatu
situasi yang mana individu dihadapkan oleh eskpektasi peran yang berbeda-beda.
b. Norma
Norma adalah standar perilaku yang diterima dan
berlaku pada para anggota kelompok. Norma mencerminkan apa yang harus dan apa
yang tidak harus dilakukan pada suatu keadaan tertentu. Ketika disetujui dan
diterima oleh kelompok, maka norma anak memengaruhi perilaku para anggota
dengan pengendalian eksternal yang minimum. Kelompok-kelompok yang berbeda,
komunitas, dan masyarakat memiliki norma yang berbeda, tetapi mereka semua
memilikinya.
c. Status
Status adalah suatu posisi yang didefinisikan secara
social atau peringkat yang diberikan kepada kelompok atau para anggota kelompok
oleh orang lain.
Menurut teori karakteristik status, status cenderung
berasal dari salah satu diantara berikut :
·
Kekuasaan seseorang yang dimiliki atas
orang lain.
Oleh
karena mereka cenderung untuk mengendalikan sumber daya kelompok, maka
orang-orang yang mengendalikan hasil cenderung sebagai penyandang status yang
tinggi.
·
Kemampuan seseorang untuk memberikan
kontribusi bagi tujuan kelompok.
Orang-orang
yang memiliki kontribusi yang sangat penting bagi kesuksesan kelompok cenderung
memiliki status yang tinggi. Beberapa berpendapat bahwa bintang NBA kobe bryant
lebih didengar pendapatnya dibandingkan pelatihnya (meskipun tidak sebanyak
yang diinginkan oleh bryant)
·
Karakteristik pribadi individu.
Seseorang
yang memiliki karakteristik pribadi akan dinilai secara positive oleh kelompok
(penampilan yang bagus, cerdas, uang, atau kepribdian yang ramah), biasanya
memiliki status yang lebih tinggi daripada seseorang dengan atribut nilai yang
lebih sedikit.
d.
Besaran
Besaran suatu
kelompok mempengaruhi keseluruhan perilaku kelompok. Tetapi pengaruhnya
bergantung pada apa variabel dependen yang diamati. Kelompok dengan puluhan
atau lebih para anggota baik untuk memperoleh input yang beragam, jika
tujuannya adalah untuk menemukan kenyataan, maka semakin besar kelompok
harusnya semakin efektif. Kelompok yang lebih kecil sekitar tujuh anggota lebih
baik saat melakukan sesuatu yang produkti dengan input tersebut.
Salah satu dari
temuan yang paling penting mengenai besaran kelompok dengan memperhatikan kemalasan sosial, kecenderungan bagi
para individu untuk mengeluarkan sedikit upaya ketika bekerja secara kolektif
daripada secara sendiri. Hal ini secara langsung menantang asumsi bahwa
produktivitas kelompok sebagai suatu keseluruhan sedikitnya sama dengan jumlah
produktivitas para individu yang berada di dalamnya.
Total kinerja
kelompok meningkat dengan besaran kelompok, tetapi tambahan para anggota yang
baru mengurangi tingkat pengembalian keuntungan pada produktivitas individu.
Jadi semakin banyak menjadi semakin baik dalam total produktivitas untuk suatu
kelompok yang terdiri atas empat orang lebih besar daripada yang terdiri atas
tiga orang, tetapi produktivitas individu masing-masing anggota mengalami
penurunan.
Suatu
kemungkinan yang dapat menyebabkan kemalasan sosial adalah keyakinan bahwa orang lain di dalam
kelompok tidak melaksanakan pembagian mereka secara adil. Penjelasan lainnya
bagi kemalasan sosial adalah penyebaran tanggung jawab. Oleh karena hasil kelompok
tidak dapat dikaitkan hanya kepada satu orang, maka hubungan antara input
individu dan output kelompok akan tampak tidak jelas. Para individu kemudian
tergoda untuk menjadi seorang penunggang bebas dan melintasi upaya kelompok.
Implikasi bagi mereka harus menimbang risiko kerugian dalam produktivitas dari
menggunakan kelompok terhadap kemungkinan keuntungan dalam kepuasan pekerja.
Riset terkini
mengindikasikan bahwa semakin kuat etika kerja individu, maka akan sedikit
kecenderungan bagi orang tersebut untuk terlibat dalam kemasalan sosial.
Terdapat pula beberapa cara untuk mencegah kemalasan sosial: (1) menetapkan
tujuan kelompok, sehingga kelompok memiliki tujuan umum untuk berusaha maju;
(2) meningkatkan kompetisi intrakelompok , yang mana menitikberatkan pada hasil
yang dibagikan; (3) terlibat dalam evaluasi rekan, sehingga masing-masing orang
akan saling mengevaluasi kontribusi satu sama lain orang; (4) memilih para
anggota yang memiliki motivasi yang tinggi dan lebih memilih untuk bekerja
dalam kelompok; dan (5) jika memungkinkan, mendasari imbalan kelompok sebagai
bagian atas kontribusi yang unik dari masing-masing anggota. Meskipun tidak ada
alat bantu ajaib yang akan mencegah kemalasan sosial dalam semua kasus,
langkah-langkah ini dapat membantu untuk meminimalkan pengaruhnya.
e.
Keragaman
Besaran suatu
kelompok mempengaruhi keseluruhan perilaku kelompok. Tetapi pengaruhnya
bergantung pada apa variabel dependen yang diamati. Kelompok dengan puluhan
atau lebih para anggota baik untuk memperoleh input yang beragam, jika
tujuannya adalah untuk menemukan kenyataan, maka semakin besar kelompok
harusnya semakin efektif. Kelompok yang lebih kecil sekitar tujuh anggota lebih
baik saat melakukan sesuatu yang produkti dengan input tersebut.
Salah satu dari
temuan yang paling penting mengenai besaran kelompok dengan memperhatikan kemalasan sosial, kecenderungan bagi
para individu untuk mengeluarkan sedikit upaya ketika bekerja secara kolektif
daripada secara sendiri. Hal ini secara langsung menantang asumsi bahwa
produktivitas kelompok sebagai suatu keseluruhan sedikitnya sama dengan jumlah
produktivitas para individu yang berada di dalamnya.
Total kinerja
kelompok meningkat dengan besaran kelompok, tetapi tambahan para anggota yang
baru mengurangi tingkat pengembalian keuntungan pada produktivitas individu.
Jadi semakin banyak menjadi semakin baik dalam total produktivitas untuk suatu
kelompok yang terdiri atas empat orang lebih besar daripada yang terdiri atas
tiga orang, tetapi produktivitas individu masing-masing anggota mengalami
penurunan.
Suatu
kemungkinan yang dapat menyebabkan kemalasan sosial adalah keyakinan bahwa orang lain di dalam
kelompok tidak melaksanakan pembagian mereka secara adil. Penjelasan lainnya
bagi kemalasan sosial adalah penyebaran tanggung jawab. Oleh karena hasil
kelompok tidak dapat dikaitkan hanya kepada satu orang, maka hubungan antara
input individu dan output kelompok akan tampak tidak jelas. Para individu
kemudian tergoda untuk menjadi seorang penunggang bebas dan melintasi upaya
kelompok. Implikasi bagi mereka harus menimbang risiko kerugian dalam
produktivitas dari menggunakan kelompok terhadap kemungkinan keuntungan dalam
kepuasan pekerja.
Riset terkini
mengindikasikan bahwa semakin kuat etika kerja individu, maka akan sedikit
kecenderungan bagi orang tersebut untuk terlibat dalam kemasalan sosial.
Terdapat pula beberapa cara untuk mencegah kemalasan sosial: (1) menetapkan
tujuan kelompok, sehingga kelompok memiliki tujuan umum untuk berusaha maju;
(2) meningkatkan kompetisi intrakelompok , yang mana menitikberatkan pada hasil
yang dibagikan; (3) terlibat dalam evaluasi rekan, sehingga masing-masing orang
akan saling mengevaluasi kontribusi satu sama lain orang; (4) memilih para
anggota yang memiliki motivasi yang tinggi dan lebih memilih untuk bekerja
dalam kelompok; dan (5) jika memungkinkan, mendasari imbalan kelompok sebagai
bagian atas kontribusi yang unik dari masing-masing anggota. Meskipun tidak ada
alat bantu ajaib yang akan mencegah kemalasan sosial dalam semua kasus, langkah-langkah
ini dapat membantu untuk meminimalkan pengaruhnya.
4. Tugas
Kelompok
a. Tugas
Rumit
Tugas – tugas yang
kompleks cenderung baru atau tidak rutin namun semakin banyak manfaat dari
banyaknya tugas kelompok yang kompleks sehingga membuat individu didalam
kelompok menjadi akrab, efektif, dan bekerja sama. Selain hal tersebut, mereka
juga harus berinteraksi secara lebih agar mencari solusi yang tepat.
b.
Tugas Rutin
Tugas kelompok rutin
merupakan tugas – tugas sederhana dan terstandarisasi. Tidak bersifat kompleks
jadi kurang berinteraksi dan bekerja sama terhadap antarindividu di dalam
kelompok.
E. Pengambilan
Keputusan Kelompok
1. Kelemahan
dan Kelebihan
·
Kelemahan pengambilan keputusan kelompok
Keputusan
kelompok menghabiskan waktu karena kelompok umumnya memerlukan waktu yang lebih
banyak untuk mencapai solusi. Pembahasan kelompok dapat didominasi oleh salah
satu atau beberapa anggota. Jika para anggotanya memiliki kemampuan yang tidak
mumpuni, maka keseluruhan kelompok jadi kirang efektif. Keputusan kelompok yang
lemah akan menimbulkan tanggung jawab yang ambigu. Dalam keputusan kelompok tanggung
jawab tiap individu anggota terdilusi, tidak seperti keputusan individu yang
sudah jelas siapa penanggunv jawab atas hasil akhir.
·
Kelebihan pengambilan keputusan kelompok
Dengan
menggabungkan sumber daya dari beberapa individu maka kelompok dapat
menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Mereka menawarkan
keanekaragaman pandangan yang lebih luas. Hal ini akan membuka peluang untuk mempertimbangkan
lebih banyak pendekatan dan alternatif. Meningkatnya penerimaan suatu solusi,
para anggota kelompok yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan lebih
cenderung mendukung secara antusias dan mendorong orang lain untuk menerimanya.
2. Teknik
Pengambilan Keputusan
a. Interacting
groups
Para
amghota saling berinteraksi berhadapan muka satu sama lain. Tetapi kelompok
yang berinteraksi seringkali mementingkan diri sendiri dan menekan para anghota
untuk mengaraj pada kepatuhan opini.
b. Brainstorming
Suatu
proses menghasilkan gagasan yang secara spesifik mendorong beberapa dan seluruh
alternatif sementara itu menahan beberapa kritikan atas alternatif – alternatif
tersebur. Teknik ini dapat mengatasi tekanan atas kepatuhan yang mengurangi
kreativitas. Dalam sesi brainstorming pada umumnya lusinan orang duduk
mengelilingi meja, kemudian pemimpin kelompok memaparkan permasalahan hingga
seluruh partisipan memahaminya. Partisipan bebas mengungkapkan sebanyak mungkin
alternatif sampai waltu yang ditentukan, dan tidak boleh ada kritikan untuk
mendorong anggota berpikir out of the box. Semua gagasan tersebut akan
ditampung dalam pembahasan dan dianalisis selanjutnya.
c. Nominal
group technique
Suati
metode pengambilan keputusan kelompok yang mana seluruh anggota kelompok hadir
dalam pertemuan tetapi mereka bekerja secara independen. Permasalahan akan
dihadirkan, kemudian kelompok melakukan langkah-langkah berikut:
·
Sebelum pembahasan dilakukan, tiap
anggota masing-masing menulis gagasan-gagasan atas permasalahan
·
Kemudian tiap anggota akan mengemukakan
salah satu gagasan kepada kelompok.
·
Setelah semua anggota telah mengemukakan
satu gagasan, kelompok akan membahas gagasan-gagasan untuk menjernihkan dan
mengevaluasinya.
·
Masing-masing anggota kelompok dengan
diam dan independen memeringkatkan sesuai urutan gagasan.
·
Gagasan dengan peringkat keseluruhan
yang tertinggi akan menentukan keputusan final
F.
Kelompok Kohesif
Kelompok
kohesif (kekompakan)
yaitu
keadaan yang mana para anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk
tetap bertahan di dalam kelompok. Faktor penyebab atau pendorong kohesif ini
yaitu:
-
Membuat kelompok kecil,
-
Mendorong perjanjian dengan tujuan
kelompok,
-
Meningkatkan waktu yang dihabiskan oleh
para anggota bersama-sama,
-
Meningkatkan status kelompok dan
anggapan kesulitan dalam memperoleh keanggotaan,
-
Menstimulasi kompetisi dengan kelompok
lainnya,
-
Memberikan imbalan pada kelompok dan
bukannya pada para individu, serta
-
Mengisolasi kelompok secara fisik.
Hubungan
di antara kohesif (kekompakan), norma, dan kinerja produktivitas:
Keterangan:
Riset-riset secara konsisten memperlihatkan bahwa
hubungan anatara kohesif dengan produktifitas bergantung pada norma yang
terkait dengan kinerja kelompok, seperti:
-
Jika norma kualitas, output, dan kerja
sama dengan para pihak luar tinggi, suatu kelompok yang kohesif akan menjadi
lebih produktifitas daripada kelompok yang kurang kohesif.
-
Jika kohesif tinggi dan norma kinerja
rendah, maka produktifitas akan menjadi rendah.
-
Jika kohesif rendah dan norma tinggi,
maka produktifitas akan meningkat,
tetapi lebih rendah dibandingkan kelompok dengan norma kinerja dan kohesif yang
tinggi.
-
Jika kohesif dan norma kinerja keduanya
rendah, maka produktifitas akan cenderung turun dalam kisaran paling rendah
hingga sedang.
DAFTAR
PUSTAKA
Duha, T. 2018. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta: Deepublish
Robbinss, S.P & Judge, T.A. 2017.
Perilaku Organisasi Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat
Umama, H.A. 2019. Buku Ajar Psikologi
Industri dan Organisasi. Yogyakarta: Deepublish